Kinerja Ekspor Nasional Sepanjang 2024 Ditopang Sektor Manufaktur

0
127
Manufaktur
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bersama Menteri Ketenagakerjaan Yassierli. FOTO: KEMENPERIN

(Vibizmedia – Internasional) Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Sepanjang tahun 2024, kinerja ekspor industri pengolahan nonmigas sebesar USD196,54 miliar atau memberikan andil 74,25 persen dari total nilai ekspor nasional yang mencapai USD264,70 miliar.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (16/1), mengatakan: “Artinya, sektor industri manufaktur kita konsisten menjadi kontributor tertinggi pada kinerja ekspor Indonesia. Apalagi, di tengah kondisi ekonomi dan politik global yang tidak menentu, pelaku industri nasional tetap agresif menembus pasar ekspor ke berbagai negara.”

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada tahun 2024 naik 5,33 persen dibandingkan tahun 2023. Dengan kinerja positif ini, industri pengolahan nonmigas turut memberikan peran terhadap capaian nilai surplus pada neraca perdagangan Indonesia sebesar USD31,04 miliar pada tahun 2024.

Pemerintah bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui regulasi atau peraturan yang probisnis. Hal ini diyakini dapat menarik investasi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksinya dan basis untuk melakukan ekspor.

Kemenperin berkomitmen terus menjalankan program hilirisasi industri yang difokuskan pada kelompok industri hulu, yaitu industri hulu agro, industri logam dasar dan bahan galian bukan logam, serta industri migas dan batubara. Karenanya, para pelaku industri yang semakin giat dalam mengoptimalkan produktivitasnya guna memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor, sangat diapresiasi.

Kinerja positif ekspor nonmigas pada tahun 2024, menurut data BPS, didukung oleh ekspor produk-produk manufaktur seperti berbagai produk kimia serta kendaraan dan bagiannya. Negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia, antara lain ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India.

“Jenis produk baru yang diekspor dengan high complexity, sebagian besar berupa logam dasar hasil hilirisasi nikel seperti stainless steel ingot dan CRC, serta kendaraan roda dua. Selain itu, terdapat pula produk baru dengan low complexity seperti aluminium oksida, dan turunan CPO,” kata Agus.

Kemenperin juga terus mengembangkan industri berbasis komoditas-komoditas yang ditargetkan menjadi unggulan ekspor Indonesia di masa mendatang, antara lain yang berbasis agro seperti kakao, kelapa, serta porang.

Selain itu, hilirisasi industri berbasis logam dasar dan bahan galian bukan logam, seperti pasir silika sebagai bahan baku industri semikonduktor. Sedangkan pada komoditas migas dan batubara, potensi hilirisasi terdapat pada olefin, aromatic, methanol, dimetil eter, dan pupuk tunggal berbasis nitrogen, fosfat, dan kalium.