(Vibizmedia – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound pada perdagangan sesi I Jumat (20/12/2024), IHSG dibuka menguat 0,32% ke posisi 6.999,82. Selang lima menit setelah dibuka, penguatan IHSG makin kencang yakni menguat 0,42% ke 7.006,32.
Penguatan IHSG disokong sebagian besar indeks sektoral. Indeks dengan penguatan terbesar dicetak IDX Sektor Energi yang menguat 1,18% di pagi ini.
Disusul, IDX Sektor Properti dan Real Estate, IDX Sektor Barang Baku, IDX Sektor Infrastruktur dan IDX Sektor Transportasi dan Logistik.
Berikutnya, IDX Sektor Barang Konsumen Non-Primer, IDX Sektor Barang Konsumen Primer, IDX Sektor Teknologi dan IDX Sektor Keuangan.
Sementara itu, IDX Sektor Kesehatan menjadi sectoral dengan pelemahan terdalam setelah turun 0,02% di awal perdagangan. Kemudian ada IDX Sektor Perindustrian.
Ada 3 emiten yang paling diuntungkan yaitu PT Medco Energi Internasioal Tbk (MEDC) naik 4,29%. Lalu PT Barito Pacific Tbk (BRPT) naik 2,41% dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) naik 2,26%.
Menurut data pantauan, nilai transaksi IHSG pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 710 miliar. Dengan volume transaksi mencapai 925.500 juta lembar dan ditransaksikan sebanyak 73.073 kali.
Pergerakan IHSG pada hari ini masih akan diwarnai oleh sentimen dari kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Serta sentimen rilis data ekonomi global lainnya.
Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,35-4,50%, sesuai ekspektasi pasar. Akan tetapi di balik pemangkasan, bank sentral AS tersebut mengisyaratkan akan lebih hati-hati.
Dalam pernyataan terbarunya, The Fed menyebutkan bahwa pemangkasan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) pada 2025 kemungkinan hanya akan terjadi dua kali. Lebih rendah dari proyeksi September yang mencapai 100 basis poin (bps).
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ketua the Fed, Jerome Powell, yang menegaskan perlunya kehati-hatian dalam penyesuaian kebijakan moneter.
Ekspektasi ini memicu penguatan dolar AS dan memberi tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting