Sinergi Pemerintah dan Perguruan Tinggi Optimalkan Pemanfaatan Teknologi AI

0
129
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutia Hafid dalam diskusi bertajuk Komdigi Menjangkau: Campus, We’re Coming!, di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu (11/12/2024). (Foto: Komdigi)

(Vibizmedia – Yogyakarta) Pemerintah menerapkan sejumlah strategi untuk mengoptimalkan teknologi kecerdasan buatan (AI), termasuk membangun sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi guna memudahkan pemanfaatan teknologi ini serta menerapkan pendekatan bertahap. Dalam diskusi bertajuk Komdigi Menjangkau: Campus, We’re Coming! di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menjelaskan bahwa untuk mencapai kemajuan, penting untuk berdialog terlebih dahulu dengan berbagai pihak dan mencapai kesepahaman sebelum dapat memaksimalkan manfaatnya.

Menurut Meutya, masyarakat perlu merasa nyaman dan memahami teknologi baru seperti AI sebelum sepenuhnya mengadopsinya. Pemerintah melihat AI bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang besar sekaligus tantangan. Berdasarkan data, AI diprediksi akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada tahun 2025, namun pada saat yang sama juga akan menciptakan 90 juta pekerjaan baru di bidang seperti pengembangan AI, data sains, dan kolaborasi antara manusia dengan AI. Meutya menekankan bahwa meskipun ada pekerjaan yang hilang, lebih banyak peluang baru yang terbuka, terutama bagi generasi muda.

Meutya juga menekankan pentingnya etika dan tanggung jawab dalam pengembangan AI. Indonesia menjadi negara pertama yang mendorong pengembangan AI dengan pendekatan etis, sesuai dengan panduan UNESCO. Ia menegaskan bahwa etika dan kreativitas harus berjalan beriringan, dengan etika sebagai pengendali utama untuk memastikan manfaat teknologi tetap optimal. Selain itu, pemerintah telah mengeluarkan panduan etik melalui surat edaran dan mulai 2025 akan mengadakan diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memperkuat regulasi yang lebih inklusif.

Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menambahkan bahwa penguasaan teknologi memerlukan peningkatan kapasitas manusia. AI, menurutnya, hanya dapat bekerja dengan data, dan manusia tetap menjadi pengendali utama. Nezar juga menyebutkan bahwa dengan perkembangan pesat AI yang kini mendekati kecerdasan buatan umum (artificial general intelligence), kemampuan sumber daya manusia (SDM) akan menjadi kunci utama dalam mengendalikan teknologi ini.