Petrokimia Gresik Ajak Insinyur Indonesia Berperan Aktif dalam Hilirisasi Industri dan Swasembada Pangan Menuju Indonesia Emas 2045

0
202
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, saat berbicara di seminar nasional yang diadakan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Gresik, di Jawa Timur (Foto: pupuk-indonesia.com)

(Vibizmedia – Jakarta) Petrokimia Gresik, bagian dari holding Pupuk Indonesia, mendorong insinyur Indonesia untuk berperan aktif dalam mendukung hilirisasi industri dan mempercepat swasembada pangan, sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045. Ajakan ini disampaikan oleh Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Gresik, Jawa Timur.

Dwi Satriyo menjelaskan bahwa hilirisasi dan swasembada pangan merupakan fokus utama Presiden RI, Prabowo Subianto, dalam menciptakan masa depan Indonesia yang mandiri. Petrokimia Gresik turut mendukung agenda tersebut dengan berfokus pada prinsip industri hijau.

Ia mengungkapkan harapannya agar para insinyur dapat bekerja sama dengan Petrokimia Gresik untuk suksesnya program hilirisasi industri dan percepatan swasembada pangan, melalui inovasi yang mendukung sektor pertanian dengan tetap berpegang pada konsep industri hijau.

Lebih lanjut, Dwi Satriyo menekankan bahwa hilirisasi industri memiliki peran strategis dalam meningkatkan nilai komoditas lokal, mendukung pertumbuhan ekonomi, serta mengurangi ketergantungan terhadap impor, sehingga menjadi langkah penting untuk kemandirian bangsa. Petrokimia Gresik telah menerapkan strategi hilirisasi pada produk sekunder seperti gipsum, hasil samping dari Pabrik Asam Fosfat, yang tidak tergolong sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

Petrokimia Gresik memanfaatkan gipsum ini untuk menghasilkan produk bernilai tambah bagi sektor pertanian dan industri nasional, seperti pupuk ZA untuk produktivitas tebu dan pupuk Petro-Cas untuk memperbaiki fisik dan kimia tanah, guna mendukung peningkatan hasil panen. Selain itu, gipsum juga diolah menjadi produk seperti Neutralized Crude Gypsum (NCG) untuk bahan baku bata ringan dan plasterboard, serta Purified Gypsum untuk industri semen nasional.

Dwi Satriyo menyebutkan bahwa pemanfaatan gipsum melalui hilirisasi berkontribusi pada percepatan swasembada pangan dan pengembangan industri nasional, serta pada peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan. Ia juga menekankan bahwa kepedulian terhadap lingkungan merupakan faktor penting bagi keberlangsungan perusahaan.

Sebagai inovasi terbaru, Petrokimia Gresik mengembangkan Urea granul menjadi Urea nano untuk mendukung program Petrokimia Gresik Smart Precision Farming (Petro Spring). Inovasi ini diharapkan dapat mendukung pertanian modern dan presisi, sehingga produktivitas pertanian nasional dapat meningkat.

Dwi Satriyo menutup dengan menyatakan harapannya agar para insinyur terus berkontribusi dalam mengembangkan inovasi demi kemajuan pertanian Indonesia dan kemandirian industri nasional menuju Indonesia Emas 2045.