Perbaiki Gizi Masyarakat, Bapanas Susun SNI Beras Fortifikasi

0
36
Bantuan pangan beras
Bantuan Pangan Beras. FOTO: BULOG

(Vibizmedia-Nasional) Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyampaikan bahwa pihaknya telah menyusun standar nasional Indonesia (SNI) untuk kernel beras fortifikasi.

Sebagai informasi, fortifikasi pangan merupakan salah satu metode yang bisa membantu memperbaiki gizi masyarakat di samping menjaga ketersediaannya.

“Badan Pangan Nasional telah menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kernel beras fortifikasi dan akan melanjutkan dengan penyusunan SNI beras fortifikasi. Ini akan menjadi acuan, baik untuk produksi sukarela maupun program bantuan pangan yang diberikan oleh pemerintah,” jelas Arief dalam Seminar Peran Fortifikasi dalam Meningkatkan Kualitas Pangan di Jakarta, pada Rabu lalu, 16 Oktober 2024.

Menurutnya, penerapan standar ini diharapkan mempermudah para pemangku kepentingan dalam mengembangkan dan mengadopsi fortifikasi pangan di Indonesia. Terlebih, malnutrisi kronis seperti stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia sehingga membutuhkan perhatian pemerintah.

Fortifikasi pangan ini, lanjutnya, dapat memperkuat status gizi masyarakat dan mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional.

Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan NFA sekaligus Pelaksana Harian (Plh) Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Yusra Egayanti menjelaskan kandungan gisi beras fortifikasi yang memiliki peran strategis dalam menangani stunting.

“Beras fortifikasi tidak hanya menjadi sumber karbohidrat, tetapi juga diperkaya dengan berbagai zat gizi mikro seperti vitamin A, B1, B6, B12, asam folat, zat besi, dan zinc. Dengan kandungan nutrisi tersebut, beras ini bisa membantu menurunkan angka stunting di Indonesia,” kata Yusra.

Dirinya menilai bahwa fortifikasi pangan merupakan salah satu solusi konkret untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro dan mencegah stunting.

Yusra mengatakan stunting merupakan masalah yang kompleks dengan berbagai faktor penyebab, termasuk pola asuh, keamanan pangan, dan kekurangan zat gizi mikro.

Fortifikasi pangan sendiri, lanjutnya, dapat dilakukan dengan dua cara, yakni biofortifikasi dan fortifikasi tambahan.

“Biofortifikasi yang dimulai sejak proses budidaya dan fortifikasi tambahan di mana mikronutrien ditambahkan pada beras analog. Saat ini, biofortifikasi zinc sudah mulai dikembangkan di sektor pangan segar,” terang Yusra.