Perkembangan Start Up di Indonesia Terus Melaju Dibandingkan Negara Tetangga

0
2547

(Vibizmedia – Kolom)  Perkembangan startup di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup pesat dan dinamis. Indonesia telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan startup terbesar di Asia Tenggara, didorong oleh populasi yang besar, penetrasi internet yang meningkat, dan meningkatnya adopsi teknologi.

Kemajuan Perkembangan Startup di Indonesia

Dilansir dari www.statista.com, pada tahun 2024 ini nilai pendanaan modal ventura di Indonesia hampir naik dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun. Pada tahun 2022 penambahan ini tersebar di 340 investasi  dan merupakan  jumlah transaksi modal ventura tertinggi di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah transaksi investasi yang lebih besar mencerminkan pertumbuhan investasi di startup Indonesia. Dicatat juga ada lebih dari 200 perusahaan rintisan di Indonesia telah mengumpulkan setidaknya satu juta dolar dalam pendanaan pada awal tahun 2022. Bahkan penanaman modal asing (FDI) Indonesia telah tumbuh secara signifikan, melonjak dari 3,92 miliar dolar AS pada tahun 2016 menjadi 22 miliar dolar AS pada tahun 2022.

Situs nexdatacenter.com mencatatkan pada tahun 2021 bahwa Indonesia adalah negara yang subur untuk pertumbuhan bisnis startup. Data dari Startup Ranking menuliskan  negara Indonesia menempati posisi ke-5 di dunia dengan 2.219 startup hingga tahun 2021, setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada.

Bukan saja unggul dari segi kuantitas, kualitas startup lokal Indonesia dinyatakan termasuk yang paling tangguh, khususnya di regional Asia. startup lokal Indonesia termasuk yang paling tangguh di Asia. 

Perbandingan Potensi Startup di Indonesia dengan Negara Tetangga di Asia Tenggara

Sumber: databoks.katadata.co.id

Dilansir dari situs databoks.katadata.co.id, Indonesia merupakan negara dengan startup terbanyak nomor satu di ASEAN pada awal 2024. Menurut data Startup Ranking, perusahaan statistik asal Peru, pada 11 Januari 2024 ada 2.562 startup di Indonesia. Jumlah tersebut mengalahkan Singapura yang berada di urutan kedua ASEAN dengan 1.179 startup. Di urutan berikutnya ada Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Brunei Darussalam, dan Laos seperti terlihat pada grafik di atas. Sementara, Timor Leste menempati posisi terbawah di ASEAN dengan hanya 1 startup pada awal 2024.

Jika dilihat secara global, Indonesia menempati peringkat ke-6 startup terbanyak pada periode sama. Amerika Serikat menempati posisi teratas global dengan 77.984 startup, diikuti India, Inggris, Kanada, dan Australia.

Berbicara mengenai  perbandingan potensi startup di Indonesia dengan negara-negara lain di Asia Tenggara maka yang dapat terlihat adalah sebagai berikut:

  1. Populasi dan Pasar

Indonesia  memiliki populasi terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 270 juta penduduk, yang menjadikannya pasar domestik yang sangat luas. Hal ini memungkinkan startup tumbuh dan mencapai skala ekonomi dengan lebih cepat. Selain itu penetrasi internet yang terus meningkat, mencapai lebih dari 70%, menciptakan basis pengguna yang sangat besar untuk layanan digital, seperti e-commerce, fintech, dan edtech.

Vietnam memiliki populasi lebih dari 97 juta, juga memiliki  pasar yang berkembang cepat, terutama di sektor teknologi dan manufaktur. Namun, pasar domestiknya lebih kecil dibandingkan Indonesia.

Thailand memiliki populasi sekitar 70 juta, dengan fokus pada pariwisata dan sektor agribisnis.

Malaysia memiliki populasi sekitar 32 juta, dengan pasar yang lebih kecil tetapi lebih matang dalam hal infrastruktur dan ekonomi.

Singapura memiliki populasi hanya sekitar 5,6 juta, tetapi memiliki daya beli tinggi dan status sebagai hub regional.

Dalam sektor ini Indonesia memiliki pasar terbesar di Asia Tenggara, yang memberikan keunggulan kompetitif bagi startup yang ingin berkembang di tingkat regional dan global.

  1. Ekosistem Startup

Dilansir dari www.statista.com, pada tahun 2023, ekosistem startup Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Singapura dalam jumlah unicorn dan memiliki pasar terbesar di Asia Tenggara.

Ekosistem startup di Indonesia telah berkembang pesat, terutama di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar.  Bahkan Jakarta, dinyatakan berada di peringkat ke-29 dari 1.000 kota yang disurvei di seluruh dunia dalam hal ekosistem startup dimana ada lebih dari 500 bisnis rintisan dibangun di Jakarta. Dukungan dari komunitas teknologi, akselerator, inkubator, dan venture capital lokal serta internasional sangat kuat.

Hingga tahun 2024 Indonesia memiliki delapan startup unicorn (valuasi di atas 1 juta USD) dan dua decacorn (valuasi di atas 10 juta USD) yaitu GoTo Group dan J&T Express, dimana GoTo Group meluncurkan penawaran umum perdana (IPO) mereka pada tahun 2022. 

Valuasi pasar unicorn dan decacorn ini turut mendominasi di Asia Tenggara. GoTo (Gojek-Tokopedia) diprediksi mencapai Rp572 triliun, J&T senilai Rp112 triliun, Bukalapak Rp100 triliun, dan Traveloka Rp43 triliun.

Singapura memiliki ekosistem startup yang paling maju di Asia Tenggara, dengan infrastruktur yang kuat, regulasi yang mendukung, dan akses mudah ke pendanaan global. Singapura sering menjadi pusat regional bagi startup di kawasan ini.

Sedangkan ekosistem startup Vietnam berkembang pesat, didukung oleh pemerintah dan minat investor asing yang tinggi, terutama di sektor teknologi dan manufaktur.

Ekosistem startup baik di Thailand dan Malaysia cukup berkembang, tetapi tidak sebesar dan secepat di Indonesia atau Singapura.

Meskipun Singapura memiliki ekosistem yang lebih matang dan akses ke pendanaan global, Indonesia berada pada jalur yang sangat kuat dengan dukungan ekosistem yang terus berkembang dan pasar yang besar.

  1. Pendanaan dan Investasi

Indonesia merupakan salah satu tujuan utama bagi investor venture capital di Asia Tenggara, dengan banyaknya putaran pendanaan besar untuk startup di berbagai sektor. Indonesia telah menarik minat besar dari investor internasional seperti Sequoia Capital, SoftBank, dan Temasek.

Singapura meerupakan pusat keuangan regional dengan akses ke modal internasional yang sangat besar. Banyak dana venture capital yang berbasis di Singapura.

Vietnam saat ini mulai menarik lebih banyak investasi dari luar, terutama di sektor teknologi dan manufaktur, tetapi masih berada di belakang Indonesia dalam hal skala pendanaan.

Thailand dan Malaysia saat ini memliki akses pendanaan cukup baik tetapi tidak sebesar di Indonesia atau Singapura.

Dalam hal pendanaan dan investasi, Indonesia dan Singapura adalah pusat utama untuk pendanaan startup di Asia Tenggara, dengan Indonesia memiliki keunggulan dalam hal skala pendanaan karena potensi pasar domestiknya yang besar.

  1. Sektor Utama

Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat cepat di  sektor e-commerce, fintech, edtech, healthtech, dan logistik. Adopsi teknologi digital di berbagai sektor sangat kuat, menciptakan peluang besar bagi inovasi.

Singapura memiliki fokus pada fintech, healthtech, dan deep tech seperti AI dan blockchain. Singapura juga menjadi pusat untuk startup yang ingin menjangkau pasar internasional.

Vietnam berkembang pesat di sektor teknologi manufaktur, fintech, dan agritech, dengan pemerintah yang mendorong inovasi teknologi.

Thailand memiliki fokus pada pariwisata digital, fintech, dan agritech, dengan ekosistem yang lebih berorientasi lokal.

Malaysia memiliki fokus yang kuat pada fintech, healthtech, dan teknologi pendidikan, dengan dukungan pemerintah yang baik.

Dalam hal sektor utama startup maka  Indonesia memiliki diversifikasi sektor yang kuat, dengan peluang besar di berbagai bidang yang didorong oleh kebutuhan domestik yang luas dan berkembang.

  1. Regulasi dan Dukungan Pemerintah

Pemerintah Indonesia memulai inisiatif yang berfokus pada perusahaan rintisan lokal seperti Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, Startup Studio Indonesia, dan platform HUB.ID. Melalui program-program ini, pemerintah membantu para pengusaha startup tahap awal mengembangkan prototipe mereka dan mencapai kesiapan pasar produk. Sebuah dana modal ventura yang didukung negara, Merah Putih Fund, yang akan berfokus pada bisnis regional yang dikenal sebagai “soonicorn” (calon unicorn) juga secara resmi diluncurkan pada Desember 2021 untuk merangsang jumlah investor startup lokal. Berbagai program yang telah ada  membantu mengembangkan ekonomi Indonesia dan meningkatkan pendapatan per kapita serta ekosistem startup di nusantara. 

Singapura memiliki regulasi yang sangat ramah bisnis dan lingkungan hukum yang stabil, menjadikannya pilihan utama bagi startup yang ingin beroperasi di Asia Tenggara.

Sedangkan Vietnam dan Thailand mulai aktif mendorong inovasi teknologi, tetapi regulasi bisa menjadi tantangan, meskipun cenderung lebih mendukung dibandingkan beberapa tahun lalu.

Malaysia memberikan dukukungan kuat melalui berbagai program pemerintah, tetapi masih ada tantangan dalam hal kepatuhan regulasi.

Tantangan Startup di Indonesia

Meski demikian ada berbagai tantangan yang dihadapi banyak startup di  Indonesia. Tidak sedikit startup yang gagal. Sejak akhir 2019 dan puncaknya saat pandemi Covid – 19, banyak startup di Indonesia yang gulung tikar.  Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada tahun 2022, ada 1300 startup yang mengikuti Gerakan Nasional 1000 Startup, tetapi hanya 10% yang bertahan.

Dilansir dari myrobin.id, survey yang dilakukan Skynova dan CB Insight pada November 2022 tentang alasan kenapa gagal melanjutkan bisnisnya, maka ada 3 hal penyebabnya, yaitu kurangnya pendanaan, ​​kehabisan dana operasional dan dampak pandemi Covid-19 yang masih terasa. 

Faktor penyebab kegagalan lainnya adalah produk tidak sesuai dengan permintaan pasar, tidak memperhatikan kepuasan pelanggan, menghabiskan terlalu banyak uang untuk  promosi, salah satu fonder memutuskan keluar, kesulitan menemukan investor atau menembus perusahaan modal ventura. tidak peduli terhadap perkembangan pasar, tidak ada rencana jangka panjang, tidak menemukan model bisnis yang tepat, kurang akan pengetahuan dan pengalaman berbisnis, dan budaya perusahaan belum terbentuk.  

Untuk itu para founder startup harus mengutamakan profit dengan cara membuat konsumen atau pengguna jasa startup mau mengeluarkan uang untuk jasa yang digunakan. Untuk itu harus memikirkan dengan matang produk yang benar-benar dibutuhkan dan menjawab permasalahan masyarakat. 

Berbagai tantangan akan dihadapi dengan perkembangan  situasi yang selalu berubah. Bagi para startup adalah penting untuk terus belajar, beradaptasi, dan mencari solusi kreatif untuk menghadapi semua tantangan. 

Indonesia Menunjukkan Kemajuan yang Signifikan 

Dari keseluruhan ulasan ini maka dibandingkan negara-negara lainnya di Asia Tenggara, Indonesia menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam mendukung ekosistem startup, meskipun masih perlu perbaikan dalam hal regulasi untuk mendukung inovasi lebih lanjut.

Selain itu Indonesia memiliki potensi dan perkembangan startup yang sangat kuat, dengan pasar domestik terbesar di Asia Tenggara, dukungan yang terus meningkat dari pemerintah, dan ekosistem yang terus berkembang. Meskipun menghadapi tantangan dalam regulasi dan infrastruktur, potensi pasar yang besar dan basis pengguna yang luas memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan.

Namun negara Singapura tetap menjadi pusat utama untuk pendanaan dan ekosistem startup yang matang, tetapi Indonesia memiliki potensi pertumbuhan terbesar di kawasan ini.

Sementara itu Vietnam dan Thailand menunjukkan perkembangan pesat, terutama di sektor-sektor tertentu, tetapi masih berada di belakang Indonesia dalam hal skala dan pendanaan.

(Ditulis dari berbagai sumber)