Dari EBT Membangun Swasembada Energi di Pedesaan

0
645

(Vibizmedia – Kolom) Energi Terbarukan  di masa kini semakin menjadi perhatian utama  banyak negara dan komunitas di seluruh dunia. Menghadapi tantangan fluktuasi harga energi, dan kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan, maka Energi Terbarukan menjadi alternatif solusi yang menjanjikan. 

Pesatnya Perkembangan Teknologi Energi Terbarukan 

Saat ini kemajuan teknologi dalam bidang energi terbarukan semakin meningkat. Sumber energi seperti tenaga surya, turbin angin, dan biogas  semakin banyak digunakan di berbagai negara. Kemajuan ini memungkinkan dikembangkannya swasembada energi.

Bagaimana Dengan di Indonesia?

Dilansir dari renewableenergy.id, Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), pada  17 Januari 2022 menyampaikan bahwa sejak 2017, kapasitas PLT EBT terpasang terus meningkat.  Pada tahun tersebut, kapasitas PLT EBT terpasang tercatat sebesar 9.427 Mw dan meningkat menjadi 9.830 Mw di tahun berikutnya. Pada 2019, kapasitasnya mencapai 10.289 Mw dan meningkat menjadi 10.502 Mw pada 2020. Kapasitas ini terus meningkat pada tahun 2021 hingga mencapai 11.157 Megawatt.  

Selain itu, Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM, menjelaskan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk EBT tahun 2021 mencapai 69,5 Juta Ton CO2e, atau 104% dari target sebesar 67 Juta Ton CO2e. Sementara, pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam pengembangan teknologi pembangkit mencapai 76,71% dari target 70% untuk PLTA, 38,97% dari target 35% untuk PLTP, dan 57,75% dari target 40% untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bioenergi (PLTBio). Selain itu, porsi bauran EBT pada tahun 2021 telah mencapai 11,5%.

Munculnya Berbagai Kebijakan Energi Hijau 

Pesatnya perkembangan energi terbarukan telah membuat banyak negara menetapkan target untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan  dengan menerapkan  berbagai kebijakan  pemerintah. Kebijakan ini termasuk insentif pajak, subsidi, dan program dukungan lainnya. Selain itu ditambahkan dengan penetapan berbagai regulasi dan standar yang mendorong efisiensi energi dan penggunaan sumber energi terbarukan.

Demikian juga dengan di Indonesia, dilansir dari renewableenergy.id beberapa upaya  dilakukan oleh Kementerian ESDM melalui berbagai kebijakan untuk meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) antara lain penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) Harga EBT, penerapan Peraturan Menteri (Permen) ESDM PLTS Atap, Mandatori BBN, pemberian insentif Fiskal dan NonFiskal untuk EBT, kemudahan ijin usaha, dan mendorong permintaan energi listrik, misalnya untuk kebutuhan kendaraan listrik dan kompor listrik.

Beberapa hal terkait kebijakan energi hijau di Indonesia dilansir dari web esdm.go.id adalah bahwa  pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, seperti energi surya, angin, dan hidro.

Dalam rangka mewujudkan ekonomi hijau, Indonesia memfokuskan pada pembangunan rendah karbon. Salah satu strateginya adalah mempercepat penggunaan EBT melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.  Indonesia menargetkan bauran energi dari EBT sebesar 23% pada tahun 2025. Selain itu, komitmen untuk mencapai net zero emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat juga telah ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo.

Turunnya Biaya Teknologi Terbarukan 

Penelitian dan pengembangan  teknologi energi terbarukan yang terus berlanjut berdampak positif, yaitu menghasilkan solusi yang lebih efisien dan biaya yang lebih rendah. Biaya teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan biaya teknologi ini mendorong berbagai  adopsi yang lebih luas dan membuat energi terbarukan semakin kompetitif dibandingkan dengan energi fosil.  Hal ini membuat swasembada energi makin mudah diwujudkan. 

Peningkatan  Efisiensi

Saat ini adanya penggunaan jaringan listrik pintar dan microgrids memungkinkan manajemen energi menjadi lebih efisien dan fleksibel. Selain itu memungkinkan integrasi sumber energi terbarukan digunakan secara lebih efektif. Kemajuan dalam teknologi penyimpanan energi, seperti baterai lithium-ion dan teknologi penyimpanan lainnya, memungkinkan penyimpanan energi yang lebih efisien dan handal.

Semua faktor ini mendukung dikembangkan swasembada energi pada masa sekarang ini.

Pengembangan Swasembada Energi di Pedesaan

Saat ini dengan berkembangnya Energi Terbarukan, negara-negara mulai melihat kemungkinan mengembangkan swasembada energi dalam skala kecil seperti di sebuah desa, atau disebut Desa Mandiri Energi.   

Desa Mandiri Energi adalah desa yang memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60% kebutuhan energinya (listrik dan bahan bakar) dari energi terbarukan yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumberdaya setempat.  Sumber energi lokal berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT), seperti tenaga surya, mikrohidro, panas bumi, dan sampah, dimanfaatkan, sehingga desa dapat mandiri dalam pemenuhan kebutuhan energi mereka. 

Desa Mandiri Energi mampu memproduksi dan mengelola kebutuhan energinya sendiri secara mandiri, mengurangi atau menghilangkan ketergantungan pada sumber eksternal. Pencapaian hal ini dapat secara signifikan meningkatkan standar hidup, pembangunan ekonomi, dan kelestarian lingkungan di daerah pedesaan. 

Berbagai Contoh Desa Mandiri Energi di Berbagai Belahan Dunia

Indonesia

Beberapa desa di Indonesia telah berhasil menjadi contoh nyata dari Desa Mandiri Energi, di antaranya adalah sebagai berikut:

Desa Kamanggih di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Desa ini telah memanfaatkan berbagai sumber energi terbarukan, termasuk bayu, biogas, mikrohidro, dan surya. Keberadaan teknologi ini membawa perubahan positif bagi masyarakat, dengan listrik tersedia selama 24 jam dan banyak warga yang membuka bisnis. Desa Kamanggih juga membangun instalasi biogas dan menggunakan tenaga surya untuk memudahkan kehidupan sekitar.

Desa Andungbiru di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Meskipun belum disentuh oleh PLN, desa ini memanfaatkan potensi air sungai yang berlimpah untuk mendapatkan akses listrik melalui energi terbarukan. Medan yang sulit diakses tidak menghalangi mereka untuk mandiri dalam pemenuhan kebutuhan energi.

Berdasarkan situs provinsi  Jawa Tengah yang diterbitkan pada November 2022 dituliskan Provinsi Jawa Tengah telah memiliki 2.353 desa mandiri energi dari total 8.500-an desa/ kelurahan. Provinsi ini menjadi percontohan pengembangan energi baru dan terbarukan nasional.

Hingga 2021, bauran energi di Jawa Tengah mencapai 13,38%. Berbagai pemanfaatan energi terbarukan di Jawa Tengah terdiri dari pembangkit listrik tenaga surya, hidro, panas bumi, sampah, serta pemanfaatan energi nonlistrik seperti biodiesel, biogas, biomasa, dan gas rawa (biogenic shallow gas). 

Dari 2.353 desa mandiri energi, terdiri atas 2.167 desa mandiri energi inisiatif, 160 desa mandiri energi berkembang, dan 26 desa mandiri mapan.

India

Banyak desa yang berhasil menerapkan sistem tenaga surya dan biogas untuk mencapai swasembada energi.

Melansir dari berbagai sumber, salah satu yang terkenal adalah desa Modhera, desa bertenaga surya pertama di India yang terletak di negara bagian Gujarat. Desa perintis ini sepenuhnya menggunakan energi surya, menyediakan listrik bagi penduduknya sepanjang hari. Proyek ini menelan biaya sekitar $9,7 juta dan didanai bersama oleh pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian Gujarat..

Transformasi Modhera menjadi “desa surya” sangat luar biasa. Desa ini mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya 6 MW dan sistem penyimpanan energi baterai 15 MWh, yang mencakup lahan seluas 12 hektar. Kemajuan berkelanjutan ini menunjukkan komitmen India terhadap energi terbarukan dan swasembada energi.  Banyak masyarakat telah merasakan keringanan biaya rumah tangga dan bahkan menghasilkan kelebihan listrik yang mereka jual kembali ke jaringan listrik.

Afrika

Berbagai proyek telah memanfaatkan jaringan mikro dan tenaga surya untuk menyalurkan listrik ke daerah-daerah terpencil.

Dilansir dari moroccoworldnews.com, Maroko membangun desa bertenaga surya pertama di Afrika dan merupakan proyek percontohan yang dapat direproduksi di seluruh Maroko.  Desa “Id Mjahdi” terletak di dekat Essaouira, sekitar 190 km di sebelah barat Marrakesh.

Desa ini sepenuhnya otonom dalam hal energi dan tidak terhubung dengan jaringan listrik Kantor Nasional untuk Kelistrikan (ONE). Semua daya desa berasal dari 32 panel surya fotovoltaik, yang menghasilkan listrik sebesar 8,32Kwh.

Pembangkit listrik tersebut memberi daya pada sekitar 20 rumah, desa ini menampung lebih dari 50 orang. Pembangkit listrik tenaga surya tersebut juga memberi daya pada pemanas air dan oven di dalam rumah, serta lampu jalan. Jaringan listrik memiliki baterai, yang menyimpan listrik untuk digunakan di luar jam siang hari.

Eropa

Beberapa desa di Jerman dan Denmark telah menjadi model swasembada energi dengan menggunakan gabungan sumber energi terbarukan dan teknologi jaringan listrik yang canggih.

Dilansir dari dw.com, ada beberapa desa di Jerman yang telah berhasil mengadopsi energi terbarukan secara mandiri. Dua di antaranya adalah Sprakebüll dan Wildpoldsried.

  • Sprakebüll: Desa yang terletak di utara Jerman ini telah menjadi pionir dalam penggunaan energi terbarukan. Dengan populasi hanya sejumlah 225 orang, mereka telah mengambil tindakan nyata untuk masa depan yang ramah lingkungan. Mereka menggunakan turbin angin dan panel surya untuk menghasilkan listrik. Pendapatan dari taman energi angin digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk subsidi pelajaran musik untuk anak-anak dan penyediaan mobil listrik bagi warga dengan sistem “car sharing” yang terjangkau.
  • Wildpoldsried: Desa yang terletak di selatan Jerman ini juga menjadi contoh sukses dalam mandiri menggunakan energi hijau. Produk energinya delapan kali lipat dari kebutuhan desa dan bahkan dijual ke wilayah sekitarnya.

Kedua desa ini menunjukkan komitmen dan investasi dalam energi bersih, serta partisipasi aktif dari warganya. 

Demikianlah perkembangan pesat Energi Terbarukan mendorong dikembangkannya Desa Mandiri Energi di berbagai tempat di dunia.