(Vibizmedia – Kolom) BPS melakukan Survei Harga Beras Penggilingan di Jawa Barat tersebar di 18 kabupaten. Jumlah kecamatan observasi sepanjang 2021-2023 sebanyak 65 kecamatan. Ke 18 kabupaten observasi merupakan kabupaten yang memiliki potensi produksi beras.
Tentunya kabupaten ini memiliki mesin penggilingan beras, yaitu usaha yang melakukan proses perubahan mekanik dari gabah menjadi beras. Mesin penggilingan gabah yang digunakan bervariasi, mulai dari mesin berteknologi sederhana sampai mesin penggilingan berteknologi tinggi. Ketersediaan jenis beras di penggilingan beragam disetiap Kabupaten.
Observasi terbanyak secara rata-rata dilaksanakan di penggilingan Kabupaten Cianjur mencapai 177 observasi/tahun dari total rata-rata observasi Jawa Barat. Urutan kedua rata-rata observasi beras terdapat di Kabupaten Sukabumi sebanyak 162 observasi/tahun.
Selanjutnya Kabupaten Karawang sebanyak 145,67 observasi/tahun, Kabupaten Cirebon 141,33, Kabupaten Indramayu 122,33, Kabupaten Garut 111,67, Kabupaten Subang 107,67, Kabupaten Tasikmalaya 102,67, dan sepuluh kabupaten lainnya dengan rata-rata jumlah observasi di bawah 100 observasi/tahun.
Tiga kabupaten dengan jumlah observasi yang terendah adalah kabupaten Pangandaran, kabupaten Bandung Barat, dan kabupaten Purwakarta dengan jumlah observasi rata-rata masing-masing sebesar 25,00 observasi, 46,00 observasi, dan 47,33 observasi.
Kualitas Beras
Rata-rata jumlah Survei Beras di penggilingan sepanjang tahun 2021-2023 sebanyak 1.795 observasi. Dari rata-rata total observasi sebesar 5.384, jika dirinci setiap tahunnya pada tahun 2021 sebanyak 1.836 observasi, tahun 2022 sebanyak 1.809 observasi, dan tahun 2023 sebanyak 1.739 observasi.
Berdasarkan kualitas beras, persentase patahan beras atau lazim disebut broken/patahan beras dapat dibagi menjadi 3 kualitas beras. Kualitas beras tersebut adalah Beras Premium dengan tingkat patahan sampai 15,00 persen, Beras Medium (15,01-25,00 persen), Beras Rendah (diatas 25 persen).
Dari rata-rata observasi sebesar 1.795 yang terdiri dari 3 (tiga) kualitas beras yaitu premium, medium, dan kualitas rendah selama 2021 sampai dengan 2023, didominasi oleh beras kualitas premium dengan rata-rata sebesar 1.242 observasi/ tahun atau 69,19 persen. Sedangkan untuk beras kualitas medium sejumlah rata-rata 541 observasi/tahun atau 30,16 persen, dan untuk beras kualitas rendah dengan rata-rata 12 observasi/tahun atau 0,65 persen.
Dari pengelompokan ini observasi Survei Harga Beras di Penggilingan Jawa Barat terbanyak adalah jenis Beras Premium dengan tingkat patahan sampai 15,00 persen. Jenis Beras Kualitas Rendah dengan tingkat patahan di atas 25,00 persen sangat sedikit jumlahnya ditemukan di penggilingan Jawa Barat.
Berdasarkan persentase, total jumlah observasi di tahun 2021 adalah sebagai berikut: beras premium sebesar 66,56%, beras medium 32,52% dan beras kualitas rendah hanya sebesar 0,93%. Selanjutnya di tahun 2022 observasi untuk beras premium sebesar 71,25%, beras medium 28,08%, dan beras kualitas rendah sebesar 0,66%.
Di tahun 2023 total observasi beras premium sebesar 69,81%, beras medium 29,84%, dan beras kualitas rendah sebesar 0,35%. Hal ini menunjukkan terjadinya perbaikan kualitas beras sepanjang tahun 2021-2023 yang dapat disebabkan oleh meningkatnya kualitas varietas beras, perkembangan teknologi pertanian, dan meningkatnya perbaikan pengetahuan masyarakat dalam mengelola hasil panen. Ketiga hal tersebut dilakukan agar beras yang dihasilkan semakin berkualitas dan dapat meningkatkan harga jual beras.
Asal Pembelian Gabah
Sejak pendataan tahun 2020, variabel asal pembelian gabah menjadi 7 jenis, di mana tiga asal yang utama adalah berasal dari petani, pedagang pengumpul dan milik sendiri.
Selanjutnya empat jenis asal gabah berikutnya merupakan merupakan kombinasi dari ketiga jenis utama tersebut, yaitu gabungan dari petani dan pengumpul, gabungan petani dan milik sendiri, gabungan pedagang pengumpul dan milik sendiri, dan yang terakhir merupakan gabungan dari petani, pedagang pengumpul, dan milik sendiri.
Untuk pendataan tahun 2021- 2023, sebanyak 35,81 persen penggilingan di Jawa Barat mendapatkan gabah langsung dari petani dan pedagang pengumpul. Kedua pelaku ini saling mengisi untuk memenuhi kebutuhan gabah di gudang-gudang penggilingan.
Namun demikian, ada juga penggilingan yang dipasok dari petani saja yaitu sebanyak 22,03 persen, serta penggilingan yang gabahnya hanya dipasok dari pedagang pengumpul yaitu sebanyak 19,41 persen. Di tahun 2021-2023, hanya 0,32 persen gabah berasal dari milik sendiri. Selanjutnya gabah yang berasal dari gabungan dari ketiga asal pembelian mencapai 19,21 persen.
Harga Beras di Penggilingan 2021-2023
Harga beras di penggilingan ditentukan oleh harga gabah yang dibeli baik langsung dari petani maupun melalui pedagang pengumpul ditambah dengan komponen biaya untuk menggiling per kilogram gabah serta margin keuntungan yang ditentukan usaha penggilingan.
Harga gabah bersifat musiman sangat fluktuatif sejalan dengan jumlah pasokan. Ketika produksi melimpah saat musim panen, harga gabah cenderung menurun. Sebaliknya pada saat musim tanam dimana jumlah pasokan berkurang, harga gabah mengalami peningkatan.
Kecenderungan ini berlaku pula pada harga beras di penggilingan. Hasil pengamatan perkembangan harga beras di penggilingan sepanjang 2021-2023 terjadi peningkatan.
Pada tahun 2020 seluruh dunia dilanda virus Covid-19 yang menyebabkan terjadinya pembatasan mobilitas penduduk. Hal ini mengakibatkan berkurangnya permintaan beras yang disebabkan pembatasan hotel, restoran dan tempat makan lainnya di tahun 2021.
Setelah kegiatan vaksinasi mulai dilakukan, pada tahun 2022 pembatasan kegiatan secara perlahan-lahan mulai dilonggarkan dan menyebabkan kegiatan masyarakat mulai aktif kembali seperti sebelum terjadinya pandemi Covid. Sedangkan pada tahun 2023 fluktuasi harga banyak dipengaruhi beberapa faktor. Salahsatunya kendala cuaca yang disebabkan oleh El-Nino.
Harga rata-rata Beras Umum sepanjang tahun 2021 seharga Rp. 9.662,79 per kilogram naik 3,14 persen menjadi Rp. 9.966,30 pada tahun 2022. Kemudian pada tahun 2023, naik menjadi Rp. 11.787,73. Dengan kata lain pada tahun 2023 terjadi kenaikan harga beras umum sebesar 18,28 persen.
Berdasarkan kualitas beras, rata-rata harga Beras Premium tahun 2021 seharga Rp. 9.756,79 per kilogram, dan mengalami kenaikan sebesar 2,67 persen menjadi Rp. 10.016,94 pada tahun 2022. Selanjutnya tahun 2023 mengalami kenaikan sebesar 18,75 persen dibandingkan dengan tahun 2021 menjadi Rp. 11.894,72 per kilogram.
Perkembangan Harga Beras di Penggilingan Jawa Barat (Rp/Kg), 2021-2023
Adapun rata-rata harga Beras Medium tahun 2021 sebesar Rp. Rp. 9.496,94 per kilogram, kemudian mengalami kenaikan sebesar 8,11 persen menjadi Rp. 10.266,67 di tahun 2022. Dan pada tahun 2023 rata-rata harga beras Medium mengalami penurunan sebesar 4,07 persen menjadi Rp. 9.848,82 per kilogram.
Rata-rata harga Beras Rendah tahun 2021 seharga Rp. 9.187,65 per kilogram. Pada tahun 2022 mengalami kenaikan sebesar 3,40 persen menjadi Rp. 9.500,00 dan pada tahun 2023 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 14,39 persen menjadi Rp. 10.866,67 per kilogram.
Dari ketiga kualitas beras pemium, medium dan kualitas rendah selama periode tahun 2021-2023, hanya beras kualitas medium yang mengalami penurunan. Terlihat bahwa selama periode 2021-2023, rata-rata harga beras umum cukup tinggi di awal tahun 2021. Selanjutnya di pertengahan 2021 mulai mengalami kenaikan harga hingga akhir 2023 hingga mencapai harga tertinggi di akhir tahun 2023.