(Vibizmedia-Kolom) Kopi merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Kopi juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar kopi di dalam negeri juga masih cukup besar.
Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kopi
Perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaannya dibedakan menjadi Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR). Perkebunan Besar terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS).
Selama tiga tahun terakhir, lahan kopi perkebunan perusahaan besar cenderung mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah alih fungsi lahan. Luas lahan perkebunan negara mengalami penurunan sebesar 3,79 persen tahun 2021 dan 12,99 persen pada tahun 2022.
Sama halnya dengan perkebunan negara, luas lahan perusahaan swasta juga mengalami penurunan dimana pada tahun 2021 turun sebesar 10,14 persen dan tahun 2022 turun sebesar 5,56 persen. Sama halnya dengan luas lahan perkebunan PBN dan PBS, luas lahan PR di Indonesia juga mengalami penurunan, dimana pada tahun 2022 turun sebesar 11.439 ha atau sebesar 0,91 persen dibanding tahun sebelumnya.
Data PR kopi di Indonesia diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. Luas areal kopi perkebunan rakyat pada tahun 2021 sebesar 1.257 ribu hektar turun menjadi 1.246 ribu hektar pada tahun 2022. Perkembangan luas areal perkebunan kopi di Indonesia menurut Status Pengusahaan (000 Ha), 2019-2022 disajikan pada grafik berikut:
Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kopi di Indonesia menurut Status Pengusahaan (000 Ha), 2020-2022
Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR) kopi tersebar di provinsi di Indonesia, kecuali wilayah Provinsi DKI Jakarta. Apabila dilihat menurut provinsi, Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi dengan areal kopi yang terluas di Indonesia yaitu 267 ribu hektar pada tahun 2022 atau 21,11 persen dari total luas areal kopi di Indonesia.
Peta Luas Perkebunan Kopi Indonesia
Perkembangan Produksi Kopi
Produksi kopi dari tahun 2020 sampai dengan 2022 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2020 produksi kopi sebesar 762,38 ribu ton naik menjadi 786,19 ribu ton pada tahun 2021 atau meningkat sebesar 3,12 persen. Tahun 2022 produksi kopi turun menjadi 774,96 ribu ton atau turun sebesar 1,43 persen.
Apabila dilihat menurut provinsi, produksi kopi yang dihasilkan oleh PB terbesar pada tahun 2022 berasal dari Provinsi Jawa Timur dengan produksi sebesar 3,39 ribu ton atau 85,15 persen dari total produksi dari PB di Indonesia.
Produktivitas Kopi Provinsi Indonesia
Produksi Kopi Perkebunan Rakyat (PR) menurut provinsi pada tahun 2022 terbanyak berasal dari provinsi Sumatera Selatan yang mencapai 208,04 ribu ton atau sekitar 26,98 persen dari total produksi PR nasional.
Perkembangan Ekspor Kopi
Tiga urutan volume ekspor kopi terbesar tahun 2022 adalah Robusta, not roasted, not decaffeinated sebesar 86,13 persen, Arabica, not roasted, not decaffeinated sebesar 11,10 persen; Coffee oth than Arabica WIB/robusta OIB, not roasted, not decaffeinated sebesar 1,91 persen, dan lainnya sebesar 0,86 persen.
Volume ekspor dan nilai kopi sepuluh tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Volume ekspor berkisar antara 279,96 ribu ton sampai dengan 534,02 ribu ton dan Nilai ekspor berkisar antara US$ 815,93 juta sampai dengan 1 197,74 juta.
Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kopi, 2013-2022
Pada tahun 2021 total volume nilai ekspor mencapai 387,26 ribu ton meningkat menjadi 437,56 tibu ton pada tahun 2022 atau meningkat sebesar 12,99 persen. Sama halnya dengan nilai ekspor juga mengalami peningkatan, pada tahun 2021 total nilai ekspor sebesar US$ 858,56 juta meningkat menjadi US$1 148,38 tahun 2022 atau naik sebesar 33,76 persen.
Produksi kopi Indonesia sebagian besar diekspor ke mancanegara dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Ekspor Kopi Indonesia menjangkau lima benua yaitu: Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa utama di Eropa. Pada tahun 2022, lima besar negara pengimpor Kopi Indonesia adalah United States, India, Egypt, Germany Fed.Rep. dan Malaysia.
Volume ekspor ke United States mencapai 55,87 ribu ton atau 12,77 persen dari total volume ekspor kopi Indonesia dengan nilai US$ 268,92 juta. Volume ekspor kopi terbanyak kedua ke India sebesar 43,60 ribu ton atau 9,96 persen dengan nilai US$ 71,65 juta, Ketiga adalah Egypt dengan volume ekspor sebesar 37,43 ribu ton atau 8,56 persen dengan nilai US$ 81,74 juta. Keempat adalah Germany Fed. Rep. dengan volume ekspor 36,98 ribu ton atau sekitar 8,45 persen dengan nilai US$ 80,94 juta. Kelima adalah Malaysia dengan volume ekspor 28,25 ribu ton atau 6,46 persen dengan nilai US$ 59,58 juta.
Perkembangan Impor Kopi
Total volume impor kopi selama sepuluh tahun terakhir sangat berfluktuasi. Volume impor berkisar antara 4,20 ribu ton sampai dengan 78,85 ribu ton dan Nilai impor berkisar antara US$ 18,42 juta sampai dengan 155,78 juta Pada tahun 2021 impor kopi tercatat sebesar 13,57 ribu ton dengan nilai US$ 32,69 juta turun menjadi 4,20 ribu ton dengan nilai US$ 18,42 juta di tahun 2022 atau terjadi penurunan volume sebesar 69,02 persen dan penurunan nilai sebesar 43,66 persen.
Perkembangan Volume dan Nilai Impor, 2013-2022
Indonesia selain sebagai mengekspor kopi, juga pengimpor kopi dari lima benua yaitu Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa. Pada tahun 2022, lima besar negara pengekspor Kopi ke Indonesia adalah Brazil, Viet Nam, Malaysia, East Timor, dan Japan.
Volume impor ke Brazil mencapai 1,89 ribu ton atau 45,08 persen dari total volume impor kopi Indonesia dengan nilai US$ 8,75 juta. Volume impor kopi terbanyak kedua ke Viet Nam sebesar 1,37 ribu ton atau 32,69 persen dengan nilai US$ 3,08 juta, Ketiga adalah Malaysia dengan volume impor sebesar 0,18 ribu ton atau 4,37 persen dengan nilai US$ 1,77 juta.
Keempat adalah East Timor dengan volume impor 0,17 ribu ton atau sekitar 4,05 persen dengan nilai US$ 0,10 juta. Kelima adalah Japan dengan volume impor 0,16 ribu ton atau 3,83 persen dari total volume impor dengan nilai US$ 0,27 juta.
Volume Neraca Perdagangan kopi mengalami surplus sebesar 433,35 ribu ton. Perkembangan ini bisa dikatakan baik, namun masih jauh dari kemampuan produksi kopi Indonesia yang masih sangat besar. Perdagangan kopi memerlukan sistem logistik yang lebih efisien, saat ini logistik kopi terbilang mahal terutama untuk daerah seperti Papua yang mempunyai kualitas kopi yang sangat istimewa.
Selain sistem logistik, dalam industri kopi, perkebunan kopi harus mengejar ketertinggalan teknologi perkebunan yang semakin maju. Perbaikan supply chain yang panjang sekarang ini banyak dilakukan oleh pengusaha seperti pendekatan bisnis dengan yang memangkas supply chain seperti model bisnis farm to table.