(Vibizmedia – Economy & Business) Belakangan ini dunia digoncang dengan gejolak harga komoditas, terutama yang berkaitan dengan komoditas energy dan komoditas pangan.
Harga minyak melonjak tertinggi sejak 50 tahun terakhir. CRB Index, naik hingga 46% per tahun pada akhir Januari 2022, ini terbesar kenaikannya sejak 1995. Terutama pada minyak mentah dan bahan bakar. Dari 22 komoditas utama, 9 komoditas mengalami kenaikan lebih dari 50%, termasuk di dalamnya kopi naik 91%, cotton naik 58% dan alumunium naik 53%.
Jurang antara pasokan pangan dengan kebutuhannya semakin melebar, beberapa faktor yang secara simultan saling mempengaruhi diantaranya adalah:
1. Masalah cuaca ekstrim seperti kekeringan, gelombang panas, banjir.
2. Kerusakan yang terjadi pada rantai pasokan pangan secara global juga terjadi akibat pandemi Covid-19, kondisi ini belum pulih hingga saat ini.
3. Perang Ukraina – Rusia turut memicu krisis lebih jauh, karena kedua negara ini mempunyai kontribusi besar sebagai penghasil komoditas kalori seperti gandum, minyak nabati dan juga energy. Sehingga dampak dari perang ini berpengaruh kuat mengarah pada kelangkaan pangan dunia.
Negara-negara industri tidak terlpeas dari hempasan ini, diantaranya:
Amerika Serikat mengalami inflasi hingga 9.1%, Inggris juga 9,1% serta negara-negara Eurozone juga mengalami inflasi di atas 6%, seperti Jerman, Italy dan Spanyol. Pertumbuhan ekononomi dunia diperkirakan merosot dari 6,1% pada 2021, bisa menjadi 3,6% pada tahun 2022 dan 2023.
Fenomena harga komoditas ini bisa beresiko kepada bencana krisis pangan global dan juga kondisi ekonomi stagflasi secara global.
Ciri-ciri ini sudah terjadi di beberapa negara dimana Euro untuk pertama kalinya mengalami nilai tukar di bawah USD. Juga beberapa negara terseret pada kebangkrutan seperti Sri Lanka dan ada 9 negara lainnya yang beresiko bangkrut.
Bagaimana dengan kondisi ekonomi Indonesia, dan dampak gejolak global ini bagi ekonomi Indonesia?
Kita akan sampaikan secara lengkap pada tulisan yang akan diterbitkan besok, Lonjakan Harga Komoditas Dunia: Krisis Pangan? Stagflasi?