(Vibizmedia – Commodity) – Indonesia penghasil minyak sawit terbesar di dunia, mengalami dampak mahalnya harga karena harga minyak sawit berdasarkan harga yang ada di Bursa Malaysia. Mahalnya harga minyak sawit terjadi karena produksi baik di Indonesia dan Malaysia mengalami penurunan, akibat dari cuaca buruk pada akhir tahun 2021 menyebabkan banjir di Malaysia dan juga di Indonesia curah hujan juga tinggi.
Pemerintah Indonesia melarang untuk mengekspor CPO, minyak sawit mentah sejak 1 Januari, sehingga para pembeli India dan Cina membeli dari Malaysia, namun karena harga minyak sawit sangat tinggi maka India dan Cina beralih membeli minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
Harga minyak sawit mingguan masih naik 2.68%, pada minggu tanggal 10 Januari sampai 14 Januari 2022 harga minyak sawit naik setelah Laporan bulanan Persediaan dan Permintaan pada hari Senin 10 Januari dimana persediaan turun di luar perkiraan akibat dari produksi turun yang turun karena cuaca buruk banjir, dan kekurangan pekerja asing di ladang sawit akibat pandemi covid . Harga minyak sawit pada minggu ini berada diatas 5,000 ringgit, namun diperkirakan pada minggu depan harga minyak sawit akan turun.
Pada akhir minggu profit taking terjadi sehingga harga minyak sawit turun setelah pada hari Kamis mengalami kenaikan harga yang tinggi dan pada minggu ini harga minyak sawit mencapai harga tertinggi 10 minggu pada hari Selasa.
Harga minyak sawit Maret pada penutupa pasar hari Jumat 14 Januari 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 34 ringgit atau 0.66% menjadi 5,127 ringgit ($1.227.44) per ton setelah selama minggu ini naik 2.68%
Laporan bulanan Persediaan dan Permintaan dari the menurut the Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada hari Senin 10 Januari
- Persediaan akhir total minyak sawit Desember turun 12.88% dari bulan lalu menjadi 1.58 juta ton dari 1.63 juta ton di bulan Desember yang terdiri dari :
- Persediaan akhir Crude Palm Oil Desember 2021 turun 11.89% menjadi 830,339 ton dari 942,354 ton pada bulan lalu, karena turunnya produksi dan ekspor.
- Persediaan akhir dari minyak sawit yang sudah diproses turun 13.95% dari bulan lalu menjadi 752,701 ton dari 874,707 ton
- Produksi CPO turun 11.26% dari bulan Nopember menjadi 1.45 juta ton. Hasil biji sawit turun 9.8% menjadi 350,493 ton dari 388,562 ton di bulan sebelumnya, Produksi minyak sawit turun 6.15% menjadi 168,529 ton dari 179,565 ton di bulan Nopember.
- Ekspor minyak sawit turun 3.48% menjadi 1.41 juta ton. Dari 1.47 juta ton di bulan Nopember, ekspor minyak sawit turun 23.31% dari bulan lalu menjadi 94,329 ton dari 123,005 ton. Ekspor Olein turun 1.71% dari bulan lalu menjadi 241,088 ton dari 245,273 ton, sementara ekspor biodiesel anjlok 76.55% dari bulan lalu menjadi 13,371 ton dari 57,033 ton..
Perkiraan Reuters persediaan turun 4.9% menjadi 1.73 juta ton ke jumlah terendah lima bulan. Produksi turun 1.49 juta ton sementara ekspor menjadi 1.4 juta ton
Pergerakan harga minyak sawit dari 10 –14 Januari 2022
- Harga minyak sawit Maret pada penutupa pasar hari Jumat 14 Januari 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 34 ringgit atau 0.66% menjadi 5,127 ringgit ($1.227.44) per ton setelah selama minggu ini naik 2.68%
- Harga minyak sawit Maret pada penutupanpasar hari Kamis 13 Januari 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 121 ringgit atau 2.4% menjadi 5,161 ringgit ($1,236.17) per ton.
- Harga minyak sawit Maret pada penutupan pasar hari Rabu 12 Januari 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 27 ringgit atau 0.53% menjadi 5,042 ringgit ($1.205.07) perton, setelah naik 0.8%.
- Harga minyak sawit Maret pada hari Selasa 11 Januari 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 43 ringgit atau 0.8% menjadi 5,069 ringgit ($1,210.50) per ton harga penutupan tertinggi sejak 3 Nopember.
- Harga minyak sawit Maret pada hari Senin tanggal 10 Januari 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 41 ringgit atau 0.82% menjadi 5,034 ringgit ($1.199.14) per ton sempat naik 2.6% ke harga tertinggi harian pada pertengahan pasar.
Pergerakan harga minyak sawit disebabkan oleh :
- Kekurangan tenaga kerja 75,000 pekerja sehingga potensi produksi berkurang 20% – 30%
- CGS – CIMB Research memperkirakan persediaan turun 4.5% dari bulan lalu menjadi 1.51 juta ton pada akhir Januari 2022, dengan produksi turun 12.5% dan ekspor turun 20%.
- Karena turunnya persediaan global dari minyak nabati dan kekurangan pekerja di ladang sawit di Malaysia, harga CPO antara 4,500 – 5,500 ringgit per ton di Januari 2022, menurut CGS – CIMB Research.
- Di Indonesia curah hujan meningkat di atas rata-rata sampai tahun 2022, yang dapat mengganggu panen dan mengurangi hasil panen.
- Impor minyak nabati India pada 2022 diperkirakan turun 2% dari tahun lalu menjadi 13.8 juta ton, pengiriman minyak sawit mengalami penurunan menurut the Malaysian Palm Oil Council pada hari Kamis.
- Import minyak sawit India turun 8.1 juta ton di 2022, turun dari 8.5 juta ton pada tahun lalu. Di India tahun 2022 impor minyak kedelai dan minyak bunga matahari naik 100,000 ton.
Faktor penggerak harga minyak sawit dari luar sawit:
- Harga minyak kedelai mengalami kenaikan karena persediaan kedelai yang turun dan persediaan minyak nabati global juga turun karena termasuk turunnya persediaan minyak kedelai setelah laporan Persediaan dan Permintaan WASDE pada hari Rabu.
- Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada minggu ini, sehingga dengan adanya kenaikan harga minyak mentah maka harga biodiesel sebagai bahan bakar alternatif juga naik.
Kesimpulan :
- Selama produksi belum pulih maka harga minyak sawit akan naik dan harganya akan bertahan diatas 4,700 ringgit.
- Pada minggu depan harga minyak sawit turun karena perubahan kontrak di pasar berjangka.
- Ekspor yang turun akan menghalangi kenaikan dari harga minyak sawit.
- Diperkirakan produksi akan naik kembali setelah kuartal ke tiga pada tahun ini.
- Pada dua minggu terakhir menjelang Tahun Baru Imlek diharapkan permintaan minyak sawit akan meningkat untuk merayakan Tahun Baru
Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 5,080 ringgit, berikut ke 4,950 ringgit, sedangkan resistant pertama di 5,180 ringgit berikut ke 5,300 ringgit .
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting