(Vibizmedia – Kolom) Semasa pandemi industri makanan dan minum tetap dapat tumbuh dan kontribusi makanan dan minuman tahun 2020 meningkat 38,29%. dari sisi investasi industri makanan dan minuman juga terus meningkat, di Q1 2021 malahan meningkat 224% karena kebutuhan makanan sehat selama pandemi, demikian juga ekspor.
Pangsa Pengeluaran Pangan menurut Daerah Tempat Tinggal, Maret 2017-2021
Gambar di atas menunjukkan pangsa pengeluaran pangan menurut daerah tempat tinggal. Pangsa pengeluaran pangan di perkotaan dan di perdesaan mempunyai pola yang berbeda. Sebagian besar pengeluaran penduduk di perdesaan untuk makanan, sedangkan di perkotaan untuk bukan makanan. Pangsa pengeluaran pangan Maret 2021 sebesar 49,25 persen, mengalami sedikit naik dibandingkan Maret 2020 sebesar 49,22 persen. Pangsa pengeluaran ini dipengaruhi pangsa pengeluaran pangan di perdesaan yang juga mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pola naiknya pengeluaran untuk makanan mengindikasikan ketahanan pangan yang kurang baik karena mencerminkan daya beli atau akses pangan yang makin rendah dan tingkat kesejahteraan semakin menurun. Pandemi Covid-19 pada bulan Maret 2021 masih terasa di daerah perdesaan. Berbeda dengan di perkotaan, pangsa pengeluaran turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, berarti mulai ada perubahan. Sedikit berbeda dengan pola pangsa pengeluaran pangan dari tahun 2017-2019, menurut daerah tempat tinggal terlihat bahwa pangsa pengeluaran pangan selalu menurun baik di perkotaan maupun perdesaan.
Secara nasional, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kelompok makanan sebesar 622.845 rupiah dengan perbedaan yang cukup tinggi antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan, yaitu masing-masing 681.278 rupiah dan 545.942 rupiah. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan pada kelompok bukan makanan sebesar 641.744 rupiah dimana pengeluaran di daerah perkotaan besarnya hampir dua kali pengeluaran di perdesaan yaitu masing-masing 806.049 rupiah dan 425.503 rupiah. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata pengeluaran perkapita sebulan meningkat lebih dari dua ratus ribu rupiah. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan pada kelompok makanan tahun 2017 sebesar 527.956 rupiah dalam lima tahun terakhir meningkat hampir mencapai seratus ribu rupiah yaitu menjadi 622.845 rupiah pada tahun 2021. Sedangkan, ratarata pengeluaran per kapita sebulan pada kelompok bukan makanan tahun 2017 sebesar 508.541 rupiah dalam lima tahun terakhir meningkat lebih dari seratus ribu rupiah yaitu menjadi 641.744 rupiah pada tahun 2021.
Persentase Pengeluaran per kapita Sebulan menurut Kelompok Komoditas Makanan dan Daerah Tempat Tinggal, Maret 2021
Sumber : BPS 2021
Rata-rata pengeluaran masing masing kelompok komoditas makanan per kapita sebulan dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran seluruh komoditas makanan didapatkan persentase rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok makanan. Persentase rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok makanan dan daerah tempat tinggal pada gambar di atas terlihat bahwa ada 5 kelompok komoditas makanan yang tertinggi adalah makanan dan minuman jadi (31,74 persen), rokok dan tembakau (12,30 persen), padipadian (11,20 persen), sayur-sayuran (8,65 persen), dan ikan/udang/cumi/kerang (8,27 persen). Sedangkan kelompok komoditas lainnya sebesar 27,84 persen yang terdiri dari telur dan susu, buah-buahan, daging, bahan minuman, minyak dan kelapa, kacang-kacangan, bumbu-bumbuan, umbiumbian, dan bahan makanan lainnya. Berdasarkan daerah tempat tinggal, di daerah perkotaan lebih dari sepertiga didominasi makanan dan minuman jadi yaitu sebesar 35,55 persen. Posisi kedua yaitu rokok dan tembakau sebesar 11,00 persen dan selanjutnya padi-padian sebesar 9,55 persen. Sementara itu di daerah perdesaan, makanan dan minuman jadi tetap mendominasi namun tidak setinggi di perkotaan, yaitu sebesar 25,47 persen, selanjutnya rokok dan tembakau sebesar 14,42 persen dan padi-padian sebesar 13,92 persen.
Pada saat masa pandemi Covid-19 sekarang ini, masyarakat dianjurkan untuk menjaga kesehatan. Masyarakat perlu menerapkan pola hidup sehat dengan gizi seimbang agar bisa meningkatkan daya tahan tubuh, karena dengan daya tahan tubuh yang prima, seseorang tidak akan mudah terinfeksi Covid-19. Kegiatan Gizi seimbang terdiri dari mengkonsumsi aneka ragam pangan, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, melakukan aktivitas fisik dan berolah-raga, mempertahankan dan memantau berat badan yang normal.
Secara umum, faktor utama yang mempengaruhi konsumsi makanan yaitu karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan. Karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, keterampilan memasak dan kesehatan. Sementara itu karakteristik makanan seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk, bumbu dan kombinasi makanan. Karakteristik lingkungan yang mempengaruhi preferensi konsumsi makanan adalah musim, pekerjaan, perpindahan penduduk dan tingkat sosial penduduk (Elizabeth dkk,1981). Pandemi Covid-19 termasuk karakteristik lingkungan yang bisa mempengaruhi pola konsumsi makanan. Pola konsumsi makanan penduduk akan berbeda dan berubah dari waktu ke waktu. Pola konsumsi makanan masingmasing daerah dapat berbeda juga. Perubahan-perubahan tersebut, baik antar daerah maupun antar waktu akan menentukan perubahan jumlah makanan.
Pola konsumsi makanan sebagai acuan perencanaan program dan kebijakan pemerintah dalam pengadaan yang harus disediakan dan upaya pendistribusian agar harga makanan dapat dijangkau penduduk dengan harga yang wajar.
Ekspor Makanan Olahan Indonesia
Dari data ekspor Indonesia, barang dagangan Indonesia yang laku di pasaran adalah makanan olahan. Dari besarnya nilai ekspor dalam USD Top three produk ekspor makanan olahan Indonesia sampai bulan Mei 2021 adalah udang kemasan, kopi instan, makanan olahan lainnya. Udang kemasan 78% di ekspor ke Amerika Serikat, kemudian diikuti Jepang 11%, sisanya negara-negara lain, seperti Belanda, Puerto Rico, Inggris, Kanada, Jerman, Australia, Belgia, Hongkong.
Top 3 Produk Ekspor Makanan Olahan Indonesia
Sumber : BPS 2021
Kedua adalah kopi instant ke Philipina sebanyak 72,9% lalu Malaysia sebesar 7,2% dan negara lainnya seperti Uni Emirat Arab, Singapura, Cina, Tiongkok, Thailand, Papua Nugini, Jepang, Irak, Libanon. Ketiga adalah makanan olahan lainnya ke Singapura 31,7%, Philipina 13,6%, dan negara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Tiongkok, Vietnam, Taiwan, Belanda, Australia.
Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman Tahun 2022
Dari segi pasar, pengeluaran penduduk Indonesia hampir 50% untuk makanan dan minuman, dan pangan olahan menyumbangkan sekitar 35%, jadi ini potensi pasar yang cukup besar, apalagi pada saat Indonesia emas, 2045, GDP Perkapita kita akan menjadi USD 23.199 dengan penduduk sekitar 319 juta orang. Industri makanan dan minuman juga memiliki potensi yang besar karena output yang besar sebagai kontribusi untuk PDB. Industri ini merupakan andalan bagi Indonesia dibandingkan industri lainnya. Industri makanan dan minuman Indonesia memiliki brand ternama di dunia seperti Indomie. Industri memiliki dampak yang besar pada peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia.
Konsumsi rumah tangga untuk makanan akan meningkat karena merupakan kebutuhan pokok. Dari sisi bantuan pemerintah akan tetap memberikan bantuan bagi masyarakat yang memerlukan juga dalam bentuk makanan. Dari sisi supply, Indonesia memiliki kekayaan pertanian, dan juga didukung dengan otomasi dan digitalisasi yang sekarang sedang dipercepat. Tentunya inovasi atau product development merupakan kunci bagi industri ini untuk dapat bersaing.
Indonesia sendiri memiliki pasar yang sangat besar di dalam negeri, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar akan membuat kemampuan Indonesia akan melebihi negara lain bila sudah memenangkan pasar Indonesia. Indonesia bukan saja menjadi jago kandang, tapi pasti akan menembus pasar global. Industri pengolahan makanan membutuhkan efisiensi yang dihasilkan dari economic of scales dari pasar Indonesia yang besar dengan daya beli yang memadai.
Industri makanan akan memiliki kemampuan dalam mengembangkan produk sendiri dan tidak menjadi perusahaan yang hanya mengolah produk dengan merek dari luar negeri. Untuk masuk tahapan inilah perusahaan-perusahaan Indonesia harus memiliki kemampuan product development yang merupakan hasil inovasi sendiri. Semua ini berkait dengan kemampuan membaca kebutuhan pasar, preferensi konsumen dan mengembangkan teknologi, semuanya ini berkaitan dengan research and development yang kuat. Sebagai contoh adalah inovasi yang dilakukan indofood dengan mengeluarkan produk indomie goreng. Ini melawan cara berpikir dengan tentang mie instant rebus selama ini. Produk ini dihasilkan dari kemampuan membaca preferensi konsumen juga research and development yang dilakukan. Makanan olahan menjadi salah satu kebanggaan dari Indonesia di kancah global, yang dihasilkan dari research and development.
Pertumbuhan kelas menengah juga akan semakin meningkat di masa mendatang, kelas ini adalah kelas yang mempunyai kemampuan konsumsi di tingkat global (global consumtion level). Produsen makanan Indonesia akan bersaing dengan produsen internasional, dimana penawarannya sudah berkembang menjadi makanan yang enak dan sehat. Disinilah produsen lokal harus mengembangkan makanan yang enak namun sehat. Sekali lagi kuncinya adalah perusahaan-perusahaan Indonesia harus memiliki kemampuan product development yang merupakan hasil inovasi sendiri. Semua ini berkait dengan kemampuan membaca kebutuhan pasar, preferensi konsumen dan mengembangkan teknologi, semuanya ini berkaitan dengan research and development yang kuat.
Industri makanan dan minuman juga menghadapi beberapa krisis yang terjadi selama pandemi, pandemi yang masih dihadapi health crisis , melemahnya ekonomi daerah dan nasional economic crisis, terhambatnya pengiriman produk makanan logistic crisis , biaya bahan makanan yang meningkat – commodity crisis.
Penting sekali juga dalam industri makanan dan minuman, distribusi yang kuat bisa dimiliki sendiri atau bekerjasama dengan pihak lain yang bisa menjangkau seluruh outlet penjualan atau konsumen akhir. Satu hal yang paling penting melewati krisis ini adalah kuatnya distribusi. Namun adaptasi sudah banyak dilakukan oleh perusahaan makanan dan minuman. Dalam hal distribusi barang, volume transportasi barang di Indonesia tidak berkurang, ada agility di logistik Indonesia. Adaptasi distribusi ini juga dilakukan melalui food delivery yang menghubungkan industri makanan dan minuman dengan konsumen terakhir melalui e-commerce. Adaptasi ini juga membuat harga yang lebih murah dengan tetap menjaga kesehatan. Melalui adaptasi ini krisis-krisis yang dihadapi industri makanan dan minuman dapat dilalui.
Gabungan produsen makanan dan minuman Indonesia (GAPMMI) memperkirakan tahun 2021 industri makan dan minuman akan tumbuh 5 hingga 7%. Dalam wawancara Vibizmedia dengan Profesor Bambang Brodjo Komisaris Indofood disampaikan prediksi pertumbuhan industri makanan dan minuman pada tahun 2022 akan searah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tahun 2021 pertumbuhan ekonomi diperkirakan antara 4 hingga 5 persen, dan pertumbuhan industri dan minuman bisa mencapai 10 persen. Tahun 2022 diperkirakan akan menjadi stabil sesuai dengan pertumbuhan ekonomi, industri makanan dan minuman juga akan mencapai angka yang sama di tahun 2021 sekitar 10 persen namun dengan basis yang lebih tinggi. Pertumbuhan akan lebih tinggi bila neraca perdagangan akan tetap surplus karena ekspor yang lebih kuat. Tahun 2022 juga diperkirakan akan rebound dengan cepat, karena masyarakat sudah tidak sabar untuk kembali era normal setelah tertahan selama dua tahun masa pandemi.