Tahukah Anda Penemuan Spesies Baru Katak Kecil Bermulut Sempit dari Pulau Belitung dan Lampung ?

0
437
Katak (Foto : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Katak (Foto : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

(Vibizmedia – Tahukah anda) Peneliti Badan Riset dan Inovasi (BRIN) dari Pusat Penelitian Biologi berhasil menambah data kehati dengan penemuan  spesies baru Microhyla sriwijaya – katak kecil bermulut sempit  dari Pulau Belitung dan Lampung. Amir Hamidy, Peneliti Herpetologi Pusat Penelitian Biologi yang juga salah satu penulis dari publikasi ini menjelaskan nama sriwijaya dipilih untuk diabadikan sebagai nama jenis, mengacu pada nama kerajaan pemersatu pertama yang mendominasi sebagian besar Kepulauan Melayu. Amir Hamidy mengungkapkan bahwa ini berbasis di Sumatera dan mempengaruhi Asia Tenggara antara abad ke-7 dan ke-11.

Bersama dengan beberapa penulis lainnya, yaitu Rury Eprilurahmani, Sonali Garg, Vestidhia Y. Atmaja, Farits Alhadi, Misbahul Munir, Rosichon Ubaidillah, Tuty Arisuryanti, S.D. Biju, dan Ericn. Smith, Amir menuturkan ciri khas dari spesies  baru ini, katak jantan dewasa ukurannya  kecil dengan panjang  moncong  hanya berkisar 12,3 hingga 15,8 mm. Penemuan spesies baru dari genus Microhyla ini telah dipublikasikan pada jurnal Zootaxa pada tanggal 2 September 2021.

“Katak ini masih merupakan anggota dari M. achatina dan saudara dari M. orientalis. Namun berdasarkan analisis morfologis, molekuler, dan akustik terdapat perbedaan dan kami mengidentifikasikan katak ini sebagai spesies baru,” tuturnya.

Spesimen katak ditemukan pada tahun 2018 dan 2019 di perkebunan kelapa sawit Pulau Belitung dan Lampung di Sumatera bagian tenggara oleh tim herpetologi. Dilihat dari kombinasi karakternya katak jantan lebih kecil dengan ukuran  panjang tubuh  < 16 mm. “Moncongnya tumpul dan bulat, memiliki tanda punggung berwarna coklat kemerahan atau oranye dengan tuberkel kulit yang menonjol,” imbuh Amir.

Selanjutnya salah satu penemu jenis baru ini, Rury Eprilurahman dari Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada juga menambahkan bahwa saat ini Indonesia memiliki sembilan spesies Microhyla yaitu  M. achatina (Jawa), M. berdmorei (Kalimantan and Sumatera), M. mukhlesuri (Sumatera), M. gadjahmadai (Sumatera), M. heymonsi (Sumatera), M. malang (Kalimantan), M. orientalis (Jawa, Bali, Sulawesi, dan Timor), M. palmipes (Bali, Jawa, dan Sumatera), dan  M. superciliaris (Sumatera). Dari jumlah tersebut, empat spesies (M. achatina, M. gadjahmadai, M. orientalis, dan M. palmipes) merupakan jenis endemik Indonesia.

Selain itu Rury menjelaskan bahwa Pulau Sumatera, menempati posisi kedua wilayah terluas untuk keanekaragaman spesies Microhyla. Hal ini diwakili oleh tujuh dari sembilan spesies Indonesia (M. achatina, M. berdmorei, M. gadjahmadai, M. heymonsi, M. fissipes, M. palmipes, dan M. superciliaris).

Terkait status konservasi amfibi di pulau Belitung, Amir menjelaskan bahwa habitat amfibi di pulau ini sudah terancam oleh kegiatan antropogenik yang mengakibatkan kerusakan habitat beberapa jenis amfibi. Penemuan Microhyla sriwijaya menegaskan perlunya melestarikan habitat alami pulau yang berharga.

Selain itu perlu dilakukan survei dan studi herpetologi secara ekstensif di wilayah yang lebih kecil dan kurang tereksplor potensi ke hatinya seperti Belitung. “Spesies amfibi pertama yang endemik di pulau ini, Ichthyophis billitonensis, telah dideskripsikan lebih dari 50 tahun yang lalu (Taylor, 1965). Selanjutnya penemuan jenis katak baru dari Pulau Belitung pada tahun 2012, yakni ditemukannya Leptobrachium ingeri (Hamidy et al., 2012). Terlepas dari penemuan-penemuan ini, tidak ada survei amfibi khusus disertai dengan literatur yang diterbitkan berasal dari pulau ini,” pungkas Amir.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here