(Vibizmedia – Tahukah Anda) Pulau Kalimantan banyak menyimpan keanekaragaman hayati yang belum terungkap, Kalimantan adalah pulau terbesar ketiga di dunia. Awal Riyanto, Peneliti Zoologi dari Museum Zoologicum Bogoriense beserta kolega dari lintas negara Jepang (Kyoto University dan University of Hyogo), USA (La Sierra University) dan Indonesia (Universitas Brawijaya dan MZB) berhasil merilis hasil temuan spesies baru, Cyrtodactylus hamidyi (Cecak Jarilengkung hamidy) pada jurnal Zootaxa yang terbit pada 25 Agustus yang lalu.
Riyanto mengungkapkan nama hamidy ini disematkan sebagai penghormatan dan penghargaan kepada Dr. Amir Hamidy salah satu herpetologis Indonesia, atas dedikasinya dalam mengajarkan dan memasyarakatkan herpetologi kepada kaum muda Indonesia, serta kontribusi signifikan beliau terhadap pengungkapan keanekaragaman dan konservasi herpetofauna Indonesia. Kebetulan beliau juga peneliti Zoologi BRIN.
Penemuan cecak jenis baru bermula dari pemeriksaan detail spesimen Cyrtodactylus dari Kalimantan yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) – Cibinong, dalam rangka mengungkap diversitas marga Cicak jarilengkung Indonesia dan upaya memahami bagaimana biogeografi serta evolusinya yang merupakan fokus riset Riyanto.
Riyanto mengatakan saat pemeriksaan spesimen koleksi marga Cecak Jarilengkung dari Kalimantan, mereka mengidentifikasi beberapa spesies baru. Salah satunya C. hamidyi yang baru terbit ini. Adapun tiga lainnya sedang dalam finalisasi penulisan manuskripnya. C. hamidyi semula adalah empat spesimen berlabel C. baluensis dan dikoleksi tahun 2011 dari Kalimantan Timur.
Ketika dikonfirmasi di artikel juga disebutkan adanya tiga specimen dari Tawau, Sabah, Malaysia. Riyanto menjelaskan “sebagai peneliti atau insan yang hidup dalam dunia ilmu pengetahuan, tentunya tidak bisa bersikap tertutup. Kita harus punya koneksi luas yang mampu menembus barrier administrasi antar negara dengan para pakar di bidang yang sama untuk berdiskusi. Nah spesimen dari Tawau ini adalah salah satu hasilnya. Kami tidak perlu keluar biaya untuk datang ke Institute for Tropical Biology and Conservation, University Malaysia Sabah tempat spesimen dari Tawau di deposit, maupun ke Osaka Museum of Natural History Jepang untuk memeriksa specimen type spesies lainnya, namun data yang dibutuhkan dapat kita peroleh”.
Riyanto menjelaskan bahwa cecak baru ini mempunyai panjang tubuh hingga 63 mm dengan warna dasar permukaan tubuh cokelat, memiliki corak semilunar di bagian belakang kepala, semacam garis melintang coklat gelap pada punggung yang dibatasi oleh pola jaringan putih terkadang membentuk garis vertebral. Ekor juga dengan pola melintang coklat gelap selang seling dengan putih.
Selain itu Riyanto juga menambahkan bahwa secara morfologi C. hamidy paling mirip dengan C. matsuii. “Meskipun di dokumentasikan dari dua tempat berbeda, Nunukan dan Tawau dengan jarak sekitar 80 km di antara keduanya. Kedua populasi tidak menunjukkan adanya perbedaan karakter diagnostik. Satu-satunya perbedaan kecil di antara populasi tersebut adalah jumlah tuberkular punggung, pori-pori precloacal dan jumlah baris sisik ventral, perbedaan lebih sesuai dengan variasi populasi karena jarak geografis. Namun demikian bila di kemudian hari analisis molekuler menujukkan sebaliknya, itu bisa saja terjadi. Inilah namanya ilmu pengetahuan, nothing absolute truths,” imbuhnya.