Mulai Unggul di Level Asean, Indonesia Tingkatkan Nilai Tambah Manufaktur

0
396
Ilustrasi industri manufaktur Indonesia. FOTO: KEMENPERIN

(Vibizmedia – Industry) Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara terus meningkatkan nilai tambah manufakturnya (Manufacturing Value Added/MVA) untuk basis produksi manufaktur. Dengan MVA mencapai USD281 Miliar yang unggul dibanding negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia telah mampu menggeser ekonominya menjadi manufactured based.

“Berbagai langkah dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk meningkatkan nilai tambah di sektor industri, antara lain mendorong hilirisasi, substitusi impor, dan menjadikan industri di Tanah Air sebagai bagian rantai pasok global,” ujar Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta.

Peningkatan nilai tambah industri dapat menciptakan multiplier effect, antara lain penyerapan tenaga kerja, devisa ekspor, serta meningkatkan kontribusi terhadap pajak dan cukai. Indonesia dikenal memiliki keunggulan komparatif, yakni sumber daya alam (SDA) yang cukup tersedia, juga potensi sumber daya manusia (SDM) berusia produktif yang terampil, sehingga mampu meningkatkan daya saing produksi dalam negeri.

Dengan skala ekonomi yang lebih besar, serta jenis industri yang lebih beragam, MVA Indonesia lebih unggul dibanding negara ASEAN lainnya, seperti Thailand (USD1,23 Miliar), Malaysia (USD81,19 Juta), atau Vietnam (USD41,7 Juta).

“Apalagi, di antara negara-negara di ASEAN, Indonesia merupakan satu-satunya yang masuk dalam G20. Ini menandakan Indonesia telah menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia,” kata Febri. Pada 2022, Indonesia akan menjadi Presiden G20 sekaligus tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Ketersediaan bahan baku yang melimpah merupakan comparative advantage bagi industri Tanah Air. Selain itu juga didukung dengan kemudahan iklim berusaha Pemerintah melalui UU 11/2020 tentang Cipta Kerja.

Kolaborasi kekayaan alam dan keunggulan SDM dapat dilihat dari beberapa sektor yang memiliki kinerja menonjol, misalnya industri pengolahan kayu dan furnitur. Secara keseluruhan, perkembangan permintaan global produk industri furnitur dan woodworking sangat menjanjikan. Ekspor produk furnitur (HS 9401-9403) di tahun 2020 mengalami peningkatan dengan nilai USD 1,91 miliar, meningkat 7.6 persen dari 2019 yaitu senilai USD1.77 miliar.

Hal ini membuat Indonesia masuk jajaran eksportir produk-produk funitur besar seperti Cina, Jerman, Polandia, Italia, dan Vietnam. Adapun negara-negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia 2020 adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.

Di sektor otomotif, Indonesia memiliki target sebagai ekspor hub kendaraan bermotor, baik untuk kendaraan berbasis bahan bakar minyak (internal combustion engine/ICE) maupun kendaraan listrik (electrical vehicle/EV).

Selanjutnya, Kemenperin juga fokus memberdayakan industri kecil dan menengah (IKM) agar bisa lebih produktif, berdaya saing, dan menjadi bagian dari rantai pasok global (global value chain). “Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor nasional dan mendukung program substitusi impor,” jelas Febri.

Emy T/Journalist/Vibizmedia
Editor: Emy Trimahanani

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here