(Vibizmedia – Health) Vaksinasi saat ini merupakan program yang sedang digencarkan oleh pemerintah. Gelombang suntikan kedua untuk Astra Zeneca sedang berlangsung sedangkan Sinovac juga sedang berlangsung bagi usia 12 tahun ke atas. Akhir-akhir ini banyak yang mempertanyakan mengapa sudah divaksin lengkap dengan dua kali penyuntikan, tetapi masih bisa kena COVID-19, khususnya varian Delta.
Vibiz Media berkesempatan kembali melakukan wawancara ekslusif dengan Prof. DR. Chairul Anwar Nidom, M.S, drh. sebagai founder dari Prof. Nidom Foundation yang aktif menyelidiki SARS-COV-2 semasa pandemi ini. Prof. Nidom menjelaskan bahwa PNF dengan laboratorium BSL 3 yang dimiliki melakukan tes PRNT (Plague Reduction Neutralizing Test (Uji netralisasi reduksi plak). Tes ini digunakan untuk mengukur titer antibodi penetralisir virus, dimana sampel serum atau larutan antibodi yang akan diuji diencerkan dan dicampur dengan suspensi virus, lalu diinkubasi untuk memungkinkan antibodi bereaksi dengan virus. Dari tes ini PNF lab menemukan bahwa ada tiga kategori hasil tes:
- Ada yang memiliki antibodi dan terproteksi dari virus, hal ini wajar.
- Ada yang positif antibodinya dengan nilai yang tinggi tapi ternyata negatif daya proteksinya
- Ada yang nol antibodinya tidak terbentuk sama sekali.
PNF Foundation juga melakukan tes antibody terhadap para nakes di Surabaya yang tentunya sudah melakukan vaksinasi lengkap dan juga setiap hari melakukan prokes dengan ketat. Ternyata Prof. Nidom menemukan bahwa ada berbagai kondisi dari hasil tes, hasilnya bervariasi. Yang dikuatirkan adalah kategori dua dan tiga, yaitu yang sudah divaksinasi punya antibodi tetapi tidak terproteksi. Ada juga yang tidak ada antibodi. Dan jumlahnya yang masuk kategori dua dan tiga ini adalah sebagian besar dari sampel yang diuji.
Dengan varian delta, banyak korban dari para nakes, wajar karena antibodi di dalam tubuhnya tidak cocok, anti protektifnya tidak cocok dengan virusnya.
Point dua dan tiga banyak. Prof Nidom mengakui, belum mengkaji yang lain yang hanya satu dan yang belum.
Dari study, sudah dicoba ditemukan bahwa orang yang OTG, memiliki antibodi karena infeksi alam jauh lebih banyak daripada antibodi karena vaksin
Bulan Juni kemarin, sudah ada di Thailand, embandingkan antibo dy vaksin dan antibody alam dibandingkan dengan berbagai virus yang ada. Antibodi alam lebih baik. Artificial antibodi yang dibuat belum dapat meniru fakta antibodi yang alam. Ada teknologi yang kurang. Itu sebabnya diadakan program vaksinasi plus.
Jadi kesimpulannya memang benar bahwa ada variasi hasil dari vaksinasi yang dilakukan. Itu sebabnya walaupun sudah divaksin, jangan lupa tetap taat protokol kesehatan, terutama penggunaan masker dan menjaga jarak, akan sangat menolong untuk tetap sehat di masa pandemi ini.