(Vibizmedia – Commodity) – Harga minyak sawit masih di atas 4,000 ringgit di awal bulan Agustus, setelah data fundamental di akhir bulan harga minyak sawit tidak dapat bertahan diketinggiannya namun pengaruh dari harga minyak kedelai yang menyebabkan harga minyak sawit masih bisa naik.
Pergerakan harga minyak sawit minggu ke lima minggu terakhir di bulan Juli dari tanggal 26 – 30 Juli 2021.
Harga minyak sawit Oktober pada hari Senin 2 Agustus turun 185 ringgit atau 4.23 % menjadi 4,184 ringgit ($990.53) per ton pada pertengahan pasar mencapai harga terendah sejak 23 Juli.
Analisa fundamental penurunan harga minyak sawit di awal minggu:
Ekspor minyak sawit pada bulan Juli diperkirakan turun 5.0% dan 7.7% dari bulan Juni.
Harga minyak mentah turun $1 karena kekhawatiran akan ekonomi Cina, aktivitas pabrik-pabrik berkurang sehingga permintaan minyak mentah dari Cina berkurang dan juga adanya kenaikan produksi minyak mentah dari OPEC. Cina negara pembeli minyak mentah terbesar dunia.
Pada seminggu ini harga minyak sawit naik 2% karena menguatnya harga minyak kedelai dan kekhawatiran produksi berkurang karena kekurangan pekerja di Malaysia.
Harga CPO Agustus di Pasar fisik turun 50 ringgit menjadi 4,700 ringgit per ton
Pergerakan harga minyak sawit pada minggu ini :
• Harga minyak sawit Oktober pada penutupan pasar hari Jumat 30 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 1.26% menjadi 4,371 ringgit ($1,036.27) per ton.
• Harga minyak sawit Oktober pada penutupan pasar hari Kamis 29 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 123 ringgit atau 2.7% menjadi 4,431 ringgit ($ 1,045.79) per ton.
• Harga minyak sawit Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 2.83% menjadi 4,297 ringgit ($1,015.12) pada penutupan pasar hari Rabu 28 Juli 2021
• Harga minyak sawit Oktober pada penutupan pasar hari Selasa 27 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 39 ringgit atau 0.89% menjadi 4,422 ringgit.
• Harga minyak sawit Oktober pada penutupan pasar hari Senin 26 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 113 ringgit atau 2.7% menjadi 4,384 ringgit ($1,036.41) per ton setelah 4,205 ringgit sesi sebelumnya.
Faktor yang menggerakkan harga minyak sawit pada minggu ini :
- Ekspor minyak sawit pada bulan Juli diperkirakan turun 5.0% dan 7.7% dari bulan Juni.
- Harga minyak mentah turun $1 karena kekhawatiran akan ekonomi Cina, aktivitas pabrik-pabrik berkurang sehingga permintaan minyak mentah dari Cina berkurang dan juga adanya kenaikan produksi minyak mentah dari OPEC. Cina adalah pembeli minyak mentah terbesar di dunia.
- Produksi minyak sawit diperkirakan akan turun 10.8% dari 1 –20 Juli dibanding bulan lalu
- Aksi jual terjadi pada pasar berjangka setelah laporan bahwa India dan Cina tidak melakukan ekspor dengan Malaysia pada minggu lalu, karena harga minyak sawit tinggi dan juga harga minyak sawit Indonesia lebih murah dari Malaysia.
- Secara fundamental harga minyak sawit Malaysia naik karena persediaan berkurang akibat kenaikan kasus positif Covid 19 yang membuat produksi terhambat, karena kekurangan tenaga kerja yang mau bekerja di lapangan sekalipun lockdown di Malaysia masih mengijinkan berjalannya aktivitas perkebunan sawit walaupun waktu dan pekerja dikurangi.
- Produksi minyak sawit diperkirakan akan turun 10.8% dari 1 –20 Juli dibanding bulan lalu
- Permintaan ekspor dari India berkurang di Malaysia, karena India membeli minyak sawit dari Indonesia dengan harga yang lebih murah.
- Indonesia menetapkan penurunan harga referensi minyak sawit untuk bulan Agustus menjadi $1,048.62 perton sehingga pajak ekspor turun menjadi $93 per ton sedangkan untuk Crude Palm Oil biaya restribusi $175 per ton tidak berubah.
- Terbatasnya hujan di Utara dan Barat sedangkan hujan turun di Selatan dan Timur Perkebunan Kedelai di AS, temperatur diatas normal membuat harga kedelai sempat naik
- Harga minyak Brent naik di atas $75 per barel pada hari Kamis, membuat harga minyak sawit naik.
- Eksport minyak sawit Malaysia dari 1 Juli – 20 Juli turun 9.6% menjadi 869,542 ton dibanding dengan periode yang sama di bulan Juni, penurunan ekspor ke India dan Cina, menurut cargo surveyor Societe Generale de Surveilance pada hari Rabu.
- Tha Indonesian Palm Oil Association (GAPKI) mengatakan produksi minyak sawit akan terus dilakukan sekalipun masa pandemi, walaupun pengiriman akan terganggu sementara. Pengiriman pupuk dan peralatan tertunda di Jawa dan Sumatera.
- Harga minyak sawit masih terus naik karena mengikuti kenaikan dari harga minyak kedelai, namun harga turun karena produksi minyak sawit Indonesia masih tinggi.
- Cuaca kering di AS dan Canada menyebabkan terganggunya panen kedelai dan canola sehingga harga minyak kedelai naik dan mempengaruhi harga minyak sawit. Cuaca kering di AS melanda ladang kedelai di Midwest sehingga harga kedelai meningkat sementara produksi minyak sawit di Malaysia juga berkurang karena kekurangan buruh dan lockdown akibat virus corona.
- Harga minyak sawit naik karena produksi minyak sawit di Malaysia mengalami kesulitan mendapatkan pekerja, karena lockdown virus corona membuat terbatasnya pekerja, kekurangan pekerja di perkebunan sawit di saat musim panen membuat hasil panen yang dapat diambil berkurang , akibatnya diperkirakan produksi dari minyak sawit Juli turun.
- Ekspor minyak sawit Indonesia naik 21.6% dari tahun lalu pada bulan yang sama di bulan Mei karena permintaan yang meningkat dari Pakistan dan beberapa negara Afrika dan negara Timur Tengah menurut the Indonesian Palm Oil Association.
- Perkiraan persediaan akhir Juli naik 3.4% dari bulan lalu menjadi 1.67 juta ton dengan produksi yang meningkat 5% dan ekspor naik 2 %. Harga diperkirakan antara 3,400 – 4,000 ringgit, karena persediaan minyak nabati global sedikit menurut CGS- CIMB Research.
- Pembelian dari Cina sedikit ke jumlah terendah tiga tahun dan India diperkirakan akan menaikkan pembelian di akhir Juli.
- The US Departement of Agriculture memperkirakan produksi kedelai tidak berubah pada bulan Juli masih 4.4 milyar bushel, analis memperkirakan akan ada penurunan produksi karena cuaca yang tidak baik.
- The Malaysian Palm Oil Association pada minggu ini memperkirakan produksi bulan Juni naik 1.6% dari bulan sebelumnya melemah 7.5% dari perkiraan survey Reuters
- Dari permintaan AmInvestment Bank memperkiraan impor bulanan dari pembeli besar di India akan naik rata-rata 850,000 ton selama 3 bulan ke depan karena rendahnya pajak impor. Permintaan India diperkirakan akan naik pada kuartal ke empat karena selama ini permintaan berkurang akibat lockdown di saat pandemi covid 19.
- India pada hari Rabu, 30 Juni 2021 menyatakan telah membebaskan untuk import minyak sawit olahan selama enam bulan.Pada awal minggu pajak impor dari minyak sawit India diturunkan 41.25%.
- Indonesia juga menurunkan harga referensi dari Crude Palm Oil menjadi $1,094.15 per ton pada hari Rabu. Pada minggu lalu harga naik 2.8% kenaikan pertama dalam 3 minggu.
- The Southern Peninsula Palm Oil Millers Association memperkirakan produksi selama 1 -25 Juni naik 6% dari bulan sebelumnya, turun dari kenaikan 13% pada 1 -20 Juni.
- The US Supreme Court memberi kemudahan bagi kilang minyak kecil untuk tidak melakukan undang-undang yang mengharuskan mereka untuk memadukan etanol atau biofuel ke dalam produk mereka, sehingga hal ini membuat produsen biofuel kecewa.
- Biaya restribusi ekspor minyak sawit Indonesia yang baru berlaku mulai 2 Juli demikian diumumkan Estate Crop Fund Agency pada hari Selasa turun dari $255 per ton menjadi $175 per ton. Penurunan biaya restribusi tidak akan mengganggu bahwa pemerintah Indonesia tetap akan mendukung mandat dari penggunaan biodiesel.
- Harga minyak sawit akan ada di range 3,500-3,800 ringgit per ton dalam 3 bulan ke depan karena peningkatan produksi hanya meningkat sementara ekspor diperkirakan akan meningkat menurut the Malaysian Palm Oil Council (MPOC).
- Permintaan meningkat untuk pengiriman pada bulan Juni dan juga Juli terutama untuk CPO dan Olein, peningkatan permintaan membuat harga minyak sawit naik.
- Harga minyak sawit sempat naik karena Cina akan meningkatkan import pada kuartal ke 4 di 2021 dan kuartal ke 1 2022, didahului dengan perkiraan akan naiknya permintaan pada kuartal ke 3 tahun ini.
- Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.
Kekhawatiran kekurangan pekerja yang bisa menggerakan naiknya harga:
• Harga minyak sawit diharapkan akan naik karena produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan akan turun dan kekurangan pekerja akibat lockdown selama pandemi covid di Malaysia.
• Pandemi covid -19 yang berlangsung di Malaysia membuat berkurangnya pekerja di ladang sawit di Malaysia sehingga mengurangi produksi dari minyak sawit.
• Di Malaysia sudah melewati dua minggu pertama lockdown sejak 2 Juni dan lockdown tersebut akan diperpanjang sampai akhir Juni, dimana industri yang tidak penting akan ditutup, sehingga penerimaan pekerja asing ditunda karena pandemi covid gelombang ke tiga ini.
• Hal ini membuat perkebunan sawit kekurangan tenaga kerja sehingga produksi bisa berkurang antara 20 – 30% dari 40% area perkebunan sawit menurut Chief the Malaysian Palm Oil Association. Produksi berkurang terutama untuk perkebunan sawit yang kecil.
• Produksi tahun ini diperkirakan berkurang terutama pada tahun dimana panen dimulai sejak Juli dan seterusnya sehingga pada semester kedua perkiraan produksi sawit akan berkurang melanjutkan penurunan dari semester satu dimana produksi Januari – Mei lebih kecil 6 % dari tahun lalu.
• Para pekerja diperkebunan sawit Malaysia 70% adalah pekerja asing.
• Produksi sawit Malaysia diperkirakan turun menjadi 19 juta ton tahun ini, dibawah tahun 2020 sebesar 19.14 juta ton, sebelum pandemi produksi bisa mencapai 40 juta ton.
• Padahal pemerintah Malaysia sudah menyetujui penggunaan 32,000 pekerja asing namun hal ini tidak bisa dilakukan karena pandemi covid-19.
• Kerugian yang terjadi bagi petani sebesar 1 milyar ringgit (USD243 juta) perbulan pada tahun lalu karena kurangnya produksi, pada tahun ini diperkirakan bisa kekurangan 1.2 – 1.5 milyar ringgit per bulan karena naiknya harga minyak sawit dan kekurangan pekerja.
Kesimpulan :
Pada minggu ke lima bulan Juli seminggu ini harga minyak sawit masih naik, tetapi data fundamental di Malaysia menghambat kenaikan harga tersebut karena ekspor di bulan Juli diperkirakan menurun. Efek dari penurunan pajak impor India belum terjadi pada bulan Juli, diperkirakan bulan depan akan terjadi kenaikan permintaan India.
Pengaruh dari harga minyak kedelai sangat mempengaruhi kenaikan dari harga minyak sawit karena harga kedelai yang meningkat akibat cuaca kering di ladang kedelai AS.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan suppor 4,140 ringgit terus lanjut ke 4,000 ringgit sedangkan resistant pertama 4,480 ringgit berikut ke 4, 720 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Editor : Asido.