Review Pergerakan Harga Minyak Sawit di Bulan Januari – Februari 2021

0
504

(Vibizmedia –  Commodity) – Harga minyak sawit sangat penting untuk diperhatikan, karena Indonesia adalah penghasil minyak sawit terbesar di dunia, dan kegunaan dari minyak sawit dibanyak industri baik industri makanan dan juga industri sabun, ada juga yang digunakan sebagai bahan dari biodiesel, pengganti bensin B30, yang dianjurkan oleh Presiden Jokowi untuk mengurangi impor minyak mentah, dan untuk menghemat devisa.

Setelah mengalami penurunan pada bulan Januari maka harga minyak sawit selama bulan Februari naik 7.22 %, dibandingkan bulan Januari harga minyak sawit mengalami penurunan 6.28%.

Pada artikel dibawah ini akan dibahas pergerakan harga dari minyak sawit selama 2 bulan di tahun 2021, bagaimana di awal bulan Januari harga minyak sawit mencapai harga tertinggi 10 tahun di harga 3,877 ringgit per ton, namun harga itu tidak bertahan lama kemudian turun 16.92% pada tanggal 20 Januari menjadi 3,221 ringgit , namun harga minyak sawit kembali naik di akhir Januari di 3,490 ringgit tidak bisa bertahan dan pada tanggal 3 Februari kembali mengalami penurunan 4.78% ke harga 3,229 ringgit, namun harga minyak sawit berangsur-angsur naik kembali di akhir Februari di harga

Pergerakan Harga Minyak Sawit pada 2 bulan di awal bulan Februari:

Harga minyak sawit pada bulan Januari mengalami kenaikan harga tertinggi pada :
Di Bulan Januari
Harga Tertinggi di bulan Januari
Harga minyak sawit Maret pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 122 ringgit atau 3.2% menjadi 3,877 ringgit ($967.32) per ton, naik lagi dari harga tertinggi sejak Februari 2011 pada hari Selasa. Harga tertinggi selama 10 tahun.

Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan harga :
– Persediaan minyak sawit Malaysia turun 23% dari bulan Nopember 2020 menjadi 1.21 juta ton pada bulan Desember 2020 karena meningkatnya ekspor dan turunnya produksi.
– Harga minyak sawit masih akan naik di Bulan Januari karena perkiraan persediaan yang turun, akibat produksi turun di beberapa daerah perkebunan di Malaysia karena banjir. Produksi diperkirakan kembali akan naik pada pertengahan tahun ini, pada saat cuaca kembali normal.
– Produksi minyak sawit global turun karena cuaca buruk dan kekurangan pekerja namun diperkirakan produksi masih akan naik sehingga produksi akan lebih dari 6 juta ton pada tahun ini.
– Cuaca kering di Amerika Selatan membuat produksi kedelai turun, sehingga harga minyak kedelai naik mendorong harga minyak nabati lainnya termasuk harga minyak sawit naik.
– Pengaruh kenaikan harga minyak mentah yang naik ke harga tertinggi sejak Februari 2020 akibat Arab Saudi menyetujui untuk mengurangi produksinya, sehingga membuat bahan bakar pengganti seperti biodiesel menjadi menarik.

Harga terendah pada bulan Januari
Harga minyak sawit April pada penutupan pasar hari Rabu 20 Januari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange turun 48 ringgit atau 1.47% menjadi 3,221 ringgit ($795.31) per ton .

Harga minyak sawit telah turun 16.92% dari harga tertinggi 10 tahun pada 6 Januari di 3,877 ringgit. Harga minyak sawit pada tahun 2021 ini turun 365 ringgit atau 10.17% dari 3,590 dari 4 Januari, perdagangan pertama di tahun 2021.

Faktor- faktor yang menyebabkan penurunan harga:
– Menurut Palm Oil Analytics, Amspec Agri ekspor minyak sawit turun 41.06% atau 440,836 ton menjadi 632,827 ton dari 1 Januari sampai 20 Januari 2021 dibandingkan 1.07 juta ton pada 20 hari pertama bulan Desember 2020.
– Para pedagang masih memperkirakan produksi akan meningkat pada semester kedua tahun 2021. Produksi Indonesia di 2021 diperkirakan akan meningkat 1.8% dari tahun lalu menjadi 48.3 juta ton dan produksi Malaysia diperkirakan akan naik 2.4% menjadi 19.6 juta ton, menurut survey Reuters.
– Harga minyak sawit yang tinggi membuat para pembeli lebih memilih untuk membeli minyak kedelai dan minyak canola.
– Harga minyak kedelai sedang mengalami penurunan karena cuaca pulih dari kekeringan di Amerika Selatan, Argentina & Brazil hujan turun pada minggu lalu sehingga panen akan meningkat.

Di Bulan Februari
Harga terendah di Bulan Februari
Harga minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Rabu 3 Februari 2021 turun 162 ringgit atau 4.78% menjadi 3,229 ringgit ($797.48) per ton. Penurunan harga untuk hari kedua berturut-turut dengan jumlah penurunan yang sangat tajam dan mencapai penurunan harian terbesar dalam 9 bulan.

Faktor- faktor yang menyebabkan penurunan harga :
– Pasar CPO bereaksi terhadap kenaikan dari pajak impor India sehingga harga turun untuk hari kedua karena berita tersebut yang akan membuat permintaan ekspor dari Malaysia berkurang karena India adalah negara pembeli terbesar dari minyak nabati di dunia. India mengumumkan pada hari Senin meningkatkan pajak impor untuk CPO, Crude Palm Oil menjadi 35.75% dari 30.25% sebelumnya.
– Ekspor minyak sawit Malaysia di Januari turun antara 32% sampai 37 % dari bulan Desember menurut Cargo Surveyor pada hari Senin.

Harga Tertinggi di Bulan Februari
Harga minyak sawit Mei pada hari Kamis 25 Februari 2021 naik 133 ringgit (3.64%) menjadi 3,784 ringgit ( $934.32) per ton, mencapai harga tertinggi 6 minggu.
Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan harga:
– Ekspor minyak sawit Malaysia dari 1 – 20 Februari naik 28% pada
– Indonesia menetapkan kenaikan harga referensi untuk CPO di bulan Maret sebesar $1,036.22 per ton, menurut Departemen Perdagangan Indonesia pada hari Jumat.

Faktor-faktor penggerak harga minyak sawit:
– Persediaan dan produksi minyak sawit
– Permintaan dan ekspor minyak sawit
– Biaya-biaya bea masuk, pajak ekspor dan biaya lainnya
– Harga minyak nabati saingan di bursa Chicago Board of Trade dan di bursa China Dalian Commodity Exchange.
– Cuaca di area perkebunan di negara produsen minyak sawit terbesar di Indonesia dan Malaysia.
– Kurs ringgit yang menjadi acuan harga minyak sawit.
– Harga dari minyak mentah, karena minyak sawit juga dipakai untuk biodiesel bahan bakar pengganti bensin
– Kebijakan-kebijakan ekonomi di negara produsen ataupun di negara konsumen.
– Pandemi Covid -19 yang sedang mengalami gelombang ke dua membuat lockdown.
Review Pergerakan harga minyak sawit pada minggu terakhir bulan Februari tahun 2021 dari tanggal 22 Februari – 26 Februari 2021. Setelah harga minyak sawit seminggu ini mengalami kenaikan mingguan sebesar 6.3% kenaikan mingguan tertinggi pada tahun ini, dan yang ke empat kalinya kenaikan mingguan pada tahun ini

Pergerakan harga minyak sawit pada minggu terakhir bulan Februari :
• Harga minyak sawit Mei pada penutupan pasar hari Jumat, 26 Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 42 ringgit atau 1.11% menjadi 3,742 ringgit ($924.41) per ton.
• Harga minyak sawit Mei pada penutupan pasar hari Kamis 25 Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 133 ringgit (3.64%) menjadi 3,784 ringgit ( $934.32) per ton, mencapai harga tertinggi 6 minggu.
• Harga minyak sawit Mei pada penutupan pasar hari Rabu 24 Februari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 24 ringgit atau 0.65% menjadi 3,652 ringgit ($903.96) per ton..
• Harga minyak sawit Mei pada penutupan pasar hari Selasa, 23 Februari di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 3.72% menjadi 3,676 ringgit ($909) per ton.
• Harga minyak sawit Mei pada penutupan pasar hari Senin 22 Februari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 18 ringgit atau 0.51% menjadi 3,540 ringgit ($876.24) per ton. Harga sempat naik 2.7% pada perdagangan hari Senin.

Pergerakan pasar pada minggu ini yang menyebabkan kenaikan harga :

– Indonesia menaikkan harga referensi untuk CPO di bulan Maret sebesar $1,036.22 per ton, menurut Departemen Perdagangan Indonesia pada hari Jumat
– Kenaikan harga kedelai dan minyak nabati di Dalian Harga minyak kedelai di Dalian naik 2% sedangkan harga minyak sawit naik 2.1%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) naik 0.4%.
– Persediaan sawit dan minyak nabati lain sedikit,
– tingginya biaya restribusi ekspor minyak sawit Indonesia, karena melindungi program biodiesel membuat harga minyak sawit naik.
– Industri Group minyak sawit memperkirakan produksi meningkat 1-20 Februari sebesar 15%.
– Persediaan kedelai di AS akan meningkat pada akhir tahun marketing 2021/22 menurut USDA pada hari Jumat.
– Impor minyak sawit Uni Eropa sebesar 3.56 juta ton pada 2020/21 naik dibanding tahun lalu sebesar 3.50 juta ton menurut European Commission pada hari Senin

Pergerakan pasar pada minggu terakhir yang menyebabkan penurunan harga :
– Ekspor minyak sawit Malaysia dari 1 – 25 Februari naik 14.2% menjadi 967,845 ton dari 1-25 Januari, terjadi penurunan dari kenaikan 28% pada tanggal 1-20 Februari 2021.
– The Malaysian Palm Oil Association melaporkan bahwa ada kenaikan dari persediaan pada bulan lalu, namun ekspor Februari meningkat sehingga persediaan dari minyak sawit Malaysia masih sedikit.
– Persediaan minyak nabati global diperkirakan akan naik pada pertengahan tahun, dengan cuaca yang tidak menentu, dan lambatnya pergantian pohon sawit
– Industri Group minyak sawit memperkirakan produksi meningkat 1-20 Februari sebesar 15%.
– Persediaan kedelai di AS akan meningkat pada akhir tahun marketing 2021/22 menurut USDA pada hari Jumat.
– Kenaikan harga pada minggu lalu dibatasi oleh kenaikan pajak impor minyak sawit India pajak impor minyak sawit naik sebesar $32 menjadi $1,045 per ton. Dengan meningkatnya pajak impor akan mengakibatkan ekspor minyak sawit Malaysia ke India akan turun.
– Malaysia mempertahankan pajak ekspor untuk minyak sawit sebesar 8% pada bulan Maret menurut laporan dari Malaysian Palm Oil Board pada hari Kamis. Pengenaan pajak ekspor bertingkat mulai 3 % untuk harga minyak sawit 2,250 – 2,400 ringgit per ton dan rate maksimum sebesar 8% ketika harga minyak sawit diatas 3,450 ringgit per ton, sehingga MPOB menetapkan harga referensi sebesar 3,977.3 ringgit per ton pada bulan Maret.
– Harga minyak kedelai di CBOT pada hari Rabu turun 1.05% setelah naik 3 hari berturut-turut, dan harga minyak sawit sering mengikuti harga dari minyak kedelai sebagai minyak nabati saingannya.

Kesimpulan :
• Keadaan perekonomian dari Malaysia mempengaruhi harga minyak sawit karena sebagian besar ekspor Malaysia berasal dari minyak sawit, dengan harga minyak sawit yang tinggi akan membantu perekonomian Malaysia.
• Efek dari Pandemi covid -19 gelombang ke – 2 mengakibatkan lockdown terjadi dan mengakibatkan kesulitan memperoleh pekerja di ladang sawit, ini berakibat produksi belum meningkat, sampai pandemi covid berlalu.
• Pemberian vaksin diperkirakan akan mengurangi pandemi covid-19 sehingga perekonomian akan berjalan kembali, membuat permintaan akan minyak sawit meningkat kembali.
• Apabila permintaan dari Cina dan India tidak naik maka ekspor minyak sawit akan turun karena ke dua negara adalah pembeli terbesar dari minyak sawit.
• Efek dari tingginya harga minyak sawit membuat permintaan negara-negara akan beralih ke minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai atau minyak bunga matahari.

Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 3,700 ringgit dan berikut ke 3,630 ringgit sedangkan resistant pertama di 3, 800 ringgit dan berikut ke 3,830 ringgit.

Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Editor : Asido.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here