(Vibizmedia-Kolom) Menurut laporan resmi BPS pada 5 Februari 2021 lalu, pertumbuhan ekonomi Triwulan 4-2020 masih terkontraksi sebesar -2,19% (y-on-y), tetapi mengalami perbaikan dibandingkan pertumbuhan ekonomi Triwulan 3-2020 yang terkontraksi sebesar -3,49% (y-on-y). Seluruh komponen tumbuh negatif kecuali konsumsi pemerintah. Perlambatan pertumbuhan Konsumsi Pemerintah disebabkan perlambatan pertumbuhan belanja pegawai pada tahun 2020 (tumbuh 1,18 persen), lebih rendah dibanding tahun 2019 (tumbuh 8,49 persen). Fenomena Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh menguat terutama disebabkan oleh kenaikan belanja barang dan jasa dari Rp125,77 triliun pada Triwulan 4-2019 menjadi Rp192,34 triliun pada Triwulan 4-2020. Belanja barang dan jasa pada pengeluaran konsumsi kolektif tumbuh pada semua jenis belanja, kecuali belanja perjalanan dinas. Belanja barang dan jasa di konsumsi individu yang mengalami kontraksi adalah belanja perjalanan dinas dan belanja BLU. Penurunan belanja tersebut sebagai dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan mekanisme Work From Home (WFH).
Komponen investasi kontraksi minus 4,95%: Penjualan Semen Domestik minus 10,38%. Volume penjualan kendaraan untuk barang modal minus 41,83%. Nilai impor barang-barang modal minus 16,73%.
Konsumsi rumah tangga terkontraksi minus 2,63%. Masih rendahnya daya beli masyarakat tercermin dari indikator: Penjualan eceran terkontraksi minus 12,03 persen. Impor barang konsumsi terkontraksi minus 10,93%. Penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor terkontraksi masing-masing sebesar minus 50,49% dan minus 43,54%. Penjualan eceran mengalami kontraksi pada seluruh kelompok pengeluaran, antara lain pada penjualan makanan, minuman, dan tembakau; sandang; suku cadang dan aksesoris; bahan bakar kendaraan; peralatan informasi dan telekomunikasi; barang budaya dan rekreasi; serta barang lainnya. Penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor terkontraksi. Jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara terkontraksi. Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit terkontraksi. Volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga tumbuh melambat. PNBP berupa pendapatan pendidikan tumbuh menguat, sementara PNBP berupa pendapatan kesehatan terkontraksi.
Sekalipun secara year on year ekonomi Indonesia mengalami kontraksi, namun dibandingkan dengan kuartal III 2020 ekonomi Indonesia mengalami perbaikan. Tidak berhenti disana, menurut penelitian Bank Indonesia konsumsi masyarakat sedang mengalami pemulihan . Pemerintah memang melanjutkan bantuan bagi masyarakat yang memberikan dampak pada perekonomian, terutama masyarakt miskin dan yang rentan jatuh ke dalam kemiskinan. Bantuan langsung pemerintah ini membuat konsumsi mereka, bagaimana dengan golongan lain? Untuk memahami pola konsumsi masyarakat mari kita lihat bagaimana penggolongan masyarakat menurut pendapatannya.
Masyarakat Menurut Pendapatannya
Menurut laporan World Bank tahun tahun 2019 berjudul : “Aspiring Indonesia —Expanding the Middle Class” masyarakat dapat di golongkan menurut lima klasifikasi menurut pendapatannya:
Miskin/Poor (P)
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, atau sekitar Rp 354.000 per orang per bulan (US $ 2,20 per orang per hari).
Rentan/Vulnerable (V)
Mereka yang hidup di atas garis kemiskinan tetapi dengan risiko yang tidak dapat diabaikan untuk jatuh ke dalam kemiskinan, penghasilan mereka antara Rp 354.000 dan Rp 532.000 per orang per bulan (US $ 2,20-3,30 per orang per hari).
Calon Kelas Menengah/Aspiring Middle Class (AMC)
Mereka yang tidak lagi hidup dalam kemiskinan atau kerentanan tetapi yang belum aman secara ekonomi. Penghasilannya antara Rp 532.000 dan Rp 1,2 juta per orang per bulan (US $ 3,30-7,75 per orang per hari).
Kelas Menengah/Middle Class (MC)
Orang Indonesia yang aman secara ekonomi dengan sedikit kemungkinan jatuh ke dalam kemiskinan atau kerentanan. Penghasilan mereka antara Rp 1,2 juta dan Rp 6,0 juta per orang per bulan (US $ 7,75-38 per orang per hari).
Kelas Atas/Upper Class (UC)
Orang terkaya Indonesia yang mengkonsumsi lebih dari Rp 6 juta per orang per bulan (> US $ 38 per orang per hari).
Table Golongan Masyarakat Berdasarkan Pendapatan (2016 per Capita Consumption)
Meningkatnya Konsumsi Menengah Atas
Bank Indonesia Januari tahun 2021 melakukan survei konsumen, dan melaporkan rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) pada Januari 2021 meningkat dari 69,0% menjadi 73,2%. Peningkatan proporsi konsumsi pada Januari 2021 tersebut diikuti denpan menurunnya rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) dari 20,8% menjadi 15,3%. Sementara itu, rata-rata rasio pembayaran cicilan/hutang (debt to income ratio) pada Januari 2021 meningkat dari 10,2% pada bulan sebelumnya menjadi 11,5%.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, peningkatan rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terjadi pada seluruh kategori pengeluaran, tertinggi pada responden dengan pengeluaran Rp 3,1-4 juta per bulan. Mengacu pada penggolongan yang dilakukan oleh World Bank maka pengeluaran ini berasal dari Kelas Menengah/Middle Class (MC)
Peningkatan konsumsi masyarakat kelas menengah ini menjadi sinyal positif bahwa perekonomian Indonesia akan segera pulih mengingat. Kelas menengah telah tumbuh lebih cepat dari kelompok lain; sekarang ada setidaknya 52 juta orang Indonesia yang aman secara ekonomi, atau satu dari setiap lima orang Indonesia. Pada tahun 2016, berdasarkan survei konsumsi rumah tangga nasional, terdapat 52 juta penduduk Indonesia kelas menengah (MC) yang mewakili 20 persen dari jumlah penduduk. Ini dibandingkan dengan 11 persen yang miskin (diberi label P dalam grafik) dan 24 persen lainnya yang rentan (V). Segmen terbesar dari populasi adalah aspiring middle class (AMC), yaitu mereka yang telah keluar dari kemiskinan tetapi belum aman secara ekonomi, dengan kemungkinan lebih besar dari 10 persen.
Konsumsi masyarakat kelas menengah ini menandakan bahwa masyarakat memiliki keyakinan untuk melakukan konsumsi yang bukan lagi kebutuhan pokok namun sudah pada kebutuhan lain seperti leisure. Konsumsi kelas menengah yang tumbuh ini telah membantu mempercepat pertumbuhan konsumsi di neraca nasional, komponen kunci dari pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. Peningkatan konsumsi kelas menengah tentunya tidak membutuhkan bantuan langsung tunai dari pemerintah. Mereka memerlukan jaminan keamanan dan kesehatan dalam berkonsumsi. Stay safe, stay healthy demikian semboyan yang terus dikumandangkan saat ini.
Tanggal 8 Februari 2021 kesembuhan yang terjadi sejumlah 13.038 melampaui penambahan kasus positif sejumlah 8.242. Demikian juga pada tanggal 9 Februari kasus sembuh sejumlah 10.424 melampaui kasus positif sejumlah 8.700. Tanggal 10 Februari penambahan kasus sembuh sejumlah 9.520 melampaui kasus positif sejumlah 8.776. Sedangkan Tanggal 11 Februari penambahan kasus sembuh 10.145 melampaui kasus positif sejumlah 8.435 . Jadi terjadi penambahan kasus sembuh terus melewati penambahan kasus positif. Diharapkan akan terus terjadi peningkatan pada kesembuhan dan penurunan pada pertambahan kasus positif sehingga mendorong terus kepercayaan masyarakat untuk kembali melakukan konsumsi. Stay safe, stay healthy, stay growth, optimis Indonesia maju!