Produk Inovasi Anak Bangsa GeNose dan Rapid Antigen CePAD Perkuat Surveillance 3T

0
575
Alat pendeteksi Covid-19, GeNose buatan Universitas Gajah Mada. FOTO: KEMENRISTEK/BRIN

(Vibizmedia-Nasional) Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menerima produk inovasi pendeteksi Covid-19 GeNose C19 karya akademisi Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan alat rapid test antigen CePAD buatan akademisi Universitas Padjajaran Bandung, dari Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, pada Kamis (7/1), di Kantor Kemenko PMK.

Muhadjir menegaskan adanya produk inovasi karya anak bangsa ini akan dapat memperkuat pelaksanaan surveillance 3T (Testing, Tracing, Treatment). Apalagi pelaksanaan 3T saat ini masih terkendala akan kelangkaan alat, mahalnya alat, dan alat-alat yang belum praktis.

“Kita harus terus berusaha agar pelaksanan 3T semakin masif. Dengan inovasi ini diharapkan semakin sempurna, semakin baik, semakin tersistem sehingga kita mampu memetakan secara detail tentang sebaran Covid-19,” terangnya.

Saat menerima produk GeNose tersebut, Muhadjir segera mencobanya, dengan cara menghirup nafas dua kali, kemudian diembuskan melalui pipa kantong plastik khusus. Pipa itu kemudian dipasang ke lubang di GeNose. Berjalanlah proses skrining yang bisa dilihat di layar monitor. Hasilnya keluar dalam 50 detik, negatif Covid-19. Muhadjir terkesan karena prosesnya cepat sekali.

Menurutnya, karya-karya insan akademis ini dapat menjadi semangat yang memicu anak bangsa untuk menciptakan inovasi dan pengabdian untuk bangsa Indonesia.

“Dua temuan (GeNose dan CePAD) dari putra-putra terbaik, insan-insan akademis pencipta, pengabdi di lingkungan perguruan tinggi kita yang memiliki semangat untuk melakukan penciptaan dan pengabdian untuk bangsa ini patut diapresiasi dan kita dukung,” katanya.

Ia pun berharap, Kemenristek/BRIN dapat menghubungkan produk inovasi ini dengan industri agar dapat di produksi secara masif, dengan biaya yang murah terjangkau, dan tingkat akurasi yang bisa diandalkan.

“Kita sangat memerlukan ketersediaan alat rapid test guna memutus mata rantai penyebaran, mudah-mudahan dua alat yang sangat dibutuhkan dalam upaya kita untuk mencegah, mengatasi dan menumpas wabah Covid-19 di Indonesia ini bisa dilaksanakan dengan baik, terlebih saat terjadi peningkatan kasus akhir-akhir ini,” ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Menristek/ Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menyampaikan GeNose C19 merupakan alat skrining cepat yang bukan menjadi alat diagnosa. GeNose merupakan alat rapid test atau tes cepat dengan tingkat sensitivitas 92 persen dan tingkat spesivitas 95 persen.

GeNose memiliki keunggulan, lanjutnya, dalam kemudahan pengambilan sampel, kecepatan hasil, dan biayanya yang terbilang murah. Dia mengatakan, harga satu unit GeNose paling mahal adalah Rp 62 juta dan bisa dipakai sampai 100 ribu kali pemakaian. Setelahnya, alat itu hanya memerlukan perbaikan sedikit, dan dikalibrasi secara singkat.

“Kalau misalnya dilakukan untuk rapid tes orang per orang perkiraan kisaran sekali tes Rp15-20 ribu, plus biaya kantong plastik dan jasa dokter yang diperkirakan dibawah Rp50 ribu,” jelasnya.

Sementara, untuk alat tes rapid antigen CePAD buatan akademisi dari Unpad memiliki sensitivitas 85 persen dan spesifitas sebesar 83 hingga 84 persen. Alat tes antigen ini dibutuhkan untuk keperluan skrining Covid-19 terutama di tempat-tempat dengan mobilitas penduduk yang relatif tinggi.

Harga alat rapid test ini juga terbilang murah di pasaran, yakni sekitar Rp120 ribu. Penggunaan CePAD memberikan hasil deteksi relatif cepat sekitar 15 menit dengan tingkat akurasi tinggi.

Lebih lanjut, Bambang menjelaskan bahwa GeNose C19 telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Desember 2020 lalu. Alat rapid test CePAD juga sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada November 2020.

Saat ini, jelas Bambang, produksi GeNose sudah dapat dilakukan secara masal dengan target pada bulan Februari sebanyak 5.000 unit. Sementara, produksi CePAD, dijelaskan dia, telah mencapai 500 ribu unit per bulan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here