(Vibizmedia-Nasional) Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro menyaksikan penandatanganan kesepakatan perjanjian usaha patungan pendirian Pabrik Katalis Merah Putih oleh Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati, Plt. Direktur Utama PT Pupuk Kujang Rita Widayati dan Direktur Utama PT Rekacipta Inovasi ITB Alam Indrawan yang akan dibangun di Kawasan Industri Cikampek, Jawa Barat.
Pembangunan Pabrik Katalis Merah Putih merupakan salah satu klaster dari rencana besar dalam Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024. Katalis merupakan salah satu kunci sukses teknologi dan berfungsi sebagai industri proses dari kimia, petrokimia, pengilangan minyak gas, oleokimia, serta mengandung teknologi terbarukan berbasis biomassa dan minyak nabati.
Pabrik ini merupakan pabrik katalis nasional pertama di Indonesia yang 100 persen dikembangkan dan dibangun oleh putra-putri bangsa, dengan kapasitas 800 ton/tahun, dan akan dibangun September 2020 mendatang dan akan mulai produksi pada triwulan kedua tahun 2021.
Penelitian dan pengembangan katalis ini dimulai Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis (TRKK) ITB dan Pusat Rekayasa
Katalisis ITB (CaRE ITB) sejak tahun 1982 untuk industri kilang minyak dan industri petrokimia serta pengembangan proses energi terbarukan, dan kemudian Kemenristek/BRIN memberikan dana penguatan inovasi sejak tahun 2017 sampai sekarang dengan tujuan pengembangan penelitian dan inovasi.
Dengan bantuan dana inovasi tersebut, TRKK-ITB berhasil membangun Industri Katalis berkapasitas 1-5 kg/batch, lengkap dengan peralatan uji aktifitas dan karakterisasi katalis. Dana penguatan inovasi ini sangat membantu upaya hilirisasi hasil penelitian TRKK-ITB dan Care ITB.
Bambang mengungkapkan kegembiraannya karena hari ini triple helix di bidang energi nabati akhirnya bisa terealisasi. Ia pun menyebut, butuh kegigihan dan “kegilaan” dalam merealisasikan pabrik katalis merah putih ini.
“Kita bisa menjadikan bensin nabati ini sebagai salah satu strategi nasional bersama dengan drone untuk militer dan industri garam yang terintegrasi. Semoga ITB bisa terus melakukan penelitian dan akhirnya hilirisasi di bidang bio energy,” jelas Bambang, Rabu 29 Juli 2020.
Menurutnya, saat ini kita harus mulai berpikir jangka panjang, jangan short term. Selain itu, kita juga harus mulai berpikir sumber energi yang visible dari segi ekonomi.
“ITB sudah bisa mewujudkannya, tidak banyak universitas yang bisa melakukan ini,” ungkap Bambang.