Mendagri: Memaknai Lahirnya Pancasila pada Tatanan Normal Baru

0
686
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. FOTO: KEMENDAGRI

(Vibizmedia-Nasional) Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meminta peringatan Hari Lahir Pancasila pada tatanan normal baru ini, tidak mengubah esensi dari kelahiran Pancasila sebagai pondasi bangsa ini.

“Tadi pagi sudah ada upacara jam 8 dipimpin langsung oleh Bapak Presiden, tapi tentu saya yakin pemerintah ingin memberi contoh kepada masyarakat agar menghindari kerumunan sosial karena kerawanan, apalagi tidak bisa menjaga jarak untuk media penuluaran, sehingga Bapak Presiden melaksanakan upacara secara virtual. Kita bisa melaksanakan upcara itu secara virtual namun tetap dalam kehikmatan, itu baru bagi kita, tatanan baru,” ungkap Tito dalam keterangannya, Senin 1 Juni 2020

Menurutnya, pemahaman mengenai Pancasila perlu mendapatkan porsi lebih dengan pemanfaatan berbagai media. Terlebih, dalam situasi pandemi seperti sekarang ini, Pancasila dapat menjadi oase untuk mempersatukan bangsa di tengah wabah Covid-19.

“Apapun bentuk medianya, sekarang ini harus dilakukan sosialisasi yang sangat massif mengenai bagaimana menangani Covid, mencegah Covid dan bagaimana peran Pancasila, nilai-nilai Pancasila dalam penanganan Covid ini. Bahwa di generasi Y dan Z ini Pancasila seperti suatu yang sudah usang, barang lama, yang seolah-olah milik generasi yang dulu, padahal tidak, dia berlaku sepanjang masa, sehingga perlu direaktualisasikan dan diperkenalkan kepada semua kalangan, sehingga sosialisasi dengan berbagai platform termasuk radio apapun yang menyentuh ini harus dilakukan tapi dengan cara-cara yang cerdas, sesuai dengan cara berfikir generasi itu,” jelasnya.

“Pandemi ini juga momentum bagi semua untuk kembali menekankan pentingnya nilai-nilai Pancasila, kenapa? Karena ini adalah ujian, kita sedang menghadapi ujian, ujian terhadap soliditas kita, kesatuan kita sebagai satu bangsa,” lanjutnya.

Mendagri Tito juga menyinggung minimnya pemahaman kaum milenial akan sejarah lahirnya Pancasila sebagai falsafah bangsa. Untuk itu, ia menilai, sosialisasi dan pengaplikasian kekinian perlu diterapkan di lembaga formal maupun informal untuk menggugah kesadaran kaum milenial.

“Kurangnya sosialisasi baik di lembaga pendidikan formal dan informal, sehingga akibatnya generasi yang sekarang mungkin banyak yang tidak paham tentang sejarah lahirnya Pancasila. Kita mungkin sudah memasuki generasi ke 3 (atau) ke 4 mungkin semenjak kemerdekaan, mulai generasi milenial, generasi Z ini mereka belum banyak pemahaman mengenai itu, sehingga mereka larut dalam hiruk pikuk yang kontekstual saat ini,” terangnya.

Pentingnya pemahaman kaum milenial dalam memaknai dan meresapi sejarah lahirnya Pancasila, dinilainya amat penting demi menjaga pondasi sebuah negara.

“Padahal suatu negara ibarat suatu bangunan. Kita tidak bisa bermain di dalamnya kalau pondasinya rontok, maka gedung bangunan itu akan rontok. Maka kita tidak bisa bermain lagi dalam rumah ini, maka nilai-nilai itu diaplikasikan, harus diaplikasikan, memang kesannya tidak bisa seperti kemasan zaman dulu,” ucapnya.

Oleh karenanya, keputusan Presiden Joko Widodo dalam membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dinilainya tepat, untuk kembali menanamkan pendidikan dan nilai-nilai Pancasila dengan cara kekinian.

“Saya nilai langkah Bapak Presiden untuk membentuk BPIP saya kira itu benar, karena Pancasila ini diaktualisasikan dan digaungkan secara masif dan dengan cara yang sangat sistematis,” kata Tito.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here