(Vibizmedia-Nasional) Berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik, Indonesia akan memasuki musim panen raya kedua pada bulan Agustus 2020. Melihat potensi musim kemarau yang diprediksi puncaknya pada bulan Agustus atau September 2020 dapat menyebabkan kekeringan, maka diperlukan langkah-langkah mitigasi.
“Berdasarkan prediksi BMKG, 30 persen wilayah-wilayah yang masuk zona musim ke depan akan mengalami kemarau yang lebih kering dari biasanya. Oleh sebab itu, antisipasi, mitigasi, harus betul-betul disiapkan sehingga ketersediaan dan stabilitas harga bahan pangan tidak terganggu,” ungkap Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas secara telekonferensi dari Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 5 Mei 2020.
Beberapa langkah atau kebijakan menyiasati kekeringan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa turut memberi masukan pada rapat terbatas tersebut.
“Potensi impor beras semakin sulit, sehingga pengamanan pasokan dari produksi dalam negeri harus menjadi fokus utama,” ungkap Suharso.
Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di perum Bulog tercatat 1,3 juta ton per 30 April 2020. Saat bulan panen raya maka perlu langkah mengoptimalkan penyerapan gabah untuk mengamankan CBP. Kemudian di masa tanam kedua nanti perlu ada penjaminan dan pengamanan dengan memastikan penyaluran pupuk dan benih, terutama pada provinsi yang menjadi sentra produsen pagi.
“Siklus produksi gabah kering giling kita mengikuti siklus cuaca sehingga luas panen padi rata-rata meningkat pada bulan Maret dan April, kemudian Juli dan Agustus. Luas panen padi menurun pada bulan November, Desember sampai bulan Februari, karena itu pemerintah senantiasa menyesuaikan CBP dengan siklus tersebut. Jadi intinya kesediaan pangan menjadi penting di setiap bulan bagi kita,” jelas Suharso.
Sejauh ini, prediksi daerah rawan kekeringan terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Jabar selatan, Jatim, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Maka di provinsi tersebut dapat dilakukan penyiapan bantuan benih padi varietas tahan kekeringan seperti Inpari 38, Inpari 39, dan sebagainya.
“Sebelum kekeringan melanda, agar kiranya waduk dan embung yang sudah terbangun selama ini dapat dioptimalisasi pemanfaatannya dan bila perlu penyiapan skenario modifikasi cuaca (hujan buatan),” ungkap terang Suharso.