(Vibizmedia-Jakarta) Saat ini, Indonesia mampu menghasilkan produk unggulan dari hasil industri teknologi dalam negeri, tetapi masih memerlukan dukungan lebih lanjut. Untuk itu, pemerintah fokuskan 3 produk inovasi diantaranya drone, katalis dan garam terintegrasi.
Produk inovasi dalam negeri pertama yang dikembangkan dengan kerja sama dengan pelaku usaha untuk keperluan militer adalah drone yang dinamakan Elang Hitam.
“Rencananya drone yang untuk keperluan combatan atau keperluan militer dan juga surveilans ini, dimulai produksi massalnya itu tahun 2024, itu rencana awalnya,” ungkap Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro usai rapat terbatas mengenai hilirisasi industri produk-produk unggulan di Kantor Presiden, Jakarta, pada Kamis, 6 Februari 2020.
Menurut Bambang, melihat kebutuhan di dalam negeri dan juga melihat kesiapan baik dari produk desain maupun manufacturing-nya, Presiden mengarahkan agar ini bisa dipercepat yang rencananya dari 2024 terjadi 2022.
“Perlu diketahui bahwa drone ini didesain oleh BPPT, Lapan dan juga Balitbang Kementerian Pertahanan, dan akan diproduksi utamanya oleh 2 BUMN, yaitu PTDI untuk manufacturing drone-nya sendiri dan PTLN untuk keperluan senjata, sistem sensor maupun sistem radar,” jelas Mensesneg. Pihaknya, menurut Menteri Bambang Brodjonegero mengajukan beberapa perubahan termasuk dukungan anggaran yang diperlukan agar drone ini bisa produksi massal mulai 2022.
Menanggapi permintaan dukungan anggaran tersebut, Menteri Keuangan mengatakan itu sudah disampaikan juga oleh Menhan maupun Panglima TNI, memang ada kebutuhan tersebut salah satunya juga untuk keamanan dalam negeri maupun untuk konteks pertahanan terutama di daerah perbatasan.
Selain itu, produk unggulan selanjutnya yakni bahan bakar nabati atau green fuel. “Intinya ini adalah temuan dalam bentuk katalis, yang kita sebut katalis Merah Putih. Di mana katalis yang ditemukan oleh tim yang dipimpin oleh Profesor Subagyo dari ITB ini bisa mengubah minyak inti sawit, yang dihasilkan tiga jenis bahan bakar, lanjutnya yaitu bensin, diesel dan avtur”, terangnya.
Karena katalisnya sudah ditemukan, tambahnya, maka tahapan berikutnya yang tadi sudah diberikan prioritas oleh Bapak Presiden dan didukung terutama Kementerian BUMN maupun Badan Pengelola Dana Sawit dan mulai dibangun pabrik minyak nabati industri itu sendiri untuk menghasilkan minyak inti sawit dari perkebunan.
Produk lain yang yang menjadi prioritas adalah garam industri terintegrasi. “BPPT mendesain suatu mesin produksi yang bisa mengubah garam rakyat yang kandungan NaCl-nya rendah dan tidak diminati industri bisa diolah menjadi level garam industri sehingga bisa dibeli dengan harga yang lebih baik,” jelasnya.