(Vibizmedia-Commodity) – Harga minyak mentah dunia kembali anjlok setelah perdagangan sebelumnya dikecewakan oleh pernyataan Ketua Fed Jerome Powell yang kurang dovish, menutup perdagangan sesi Amerika Jumat (02/08) dini hari jatuh sangat tajam ke posisi terendah 2 bulan di tengah kekhawatiran bahwa ekonomi global akan semakin melemah setelah Presiden Donald Trump meningkatkan eskalasi perang dengan China.
Harga minyak mentah berjangka acuan internasional atau minyak Brent ditutup turun lebih dari 6% menjadi $60,67 setelah postingan twitter Presiden Trump. Harga ini merupakan harga terendah sejak pertengahan Juni 2019.
Demikian juga harga minyak mentah berjangka AS atau minyak WTI ditutup turun 7,9% menjadi $53,95, yang merupakan harga terendah dalam 2 bulan perdagangan. Namun anjloknya harga minyak Brent sangat signifikan tersebut merupakan perdagangan harian yang terburuk bagi minyak Brent dan WTI lebih dari 4 tahun.
Dalam serangkaian postingan di akun twitternya, Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif 10 persen pada sisa impor Cina senilai $300 miliar. Trump mengungkapkan rencana itu tak lama setelah Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyelesaikan putaran terakhir pembicaraan perdagangan di Shanghai.
Perang Dagang AS-China Memanas Setelah Postingan Twitter Presiden Trumphttps://t.co/kRjts2tDIG#tradewar #perangdagang #amerika #china #forex #index #bursa #trader #bitcoin #Crypto #mining #DOLAR #Investment #August1st #TrumpRally pic.twitter.com/OaYhaJty4Q
— vibiznews.com (@vibiznews) August 1, 2019
Sentimen ini mengkhawatirkan pasar minyak mentah dunai dikarenakan akan semakin memperburuk kondisi pertumbuhan ekonomi global yang membahayakan bagi permintaan minyak mentah.
Perdagangan sebelumnya harga minyak turun karena Federal Reserve mengurangi harapan untuk serangkaian penurunan suku bunga. The Fed menurunkan suku bunga 25 basis poin pada hari Rabu tetapi tidak mengisyaratkan adanya siklus pelonggaran yang dalam.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang