(Vibizmedia-Nasional) Sebagai upaya mewujudkan diversifikasi pangan dan mengurangi ketergantungan impor gandum, Kementerian Pertanian mendorong pengolahan bahan pangan lokal menjadi tepung.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi, mengatakan badan yang dipimpinnya bertugas untuk mengembangkan diversifikasi pangan. Oleh karena itu, yang kami lirik sekarang ketergantungan akan impor gandum, ungkapnya di Menara Kadin, pada Rabu (24/7).
Sampai dengan saat ini, menurut Agung impor gandum Indonesia mencapai 10 juta ton. Adapun 8 juta ton gandum impor itu digunakan untuk industri makanan.
Untuk itu, Kementan inginkan produksi bahan pangan lokal yang saat ini sedang dikembangkan adalah sagu, jagung dan singkong, sebab baginya ketiga bahan pangan lokal itu memiliki potensi serta jumlah yang melimpah.
Berdasarkan data Kementan, potensi luas lahan sagu di Indonesia mencapai 5 juta hektar atau setara dengan 63 juta ton sagu.
Dari data tersebut, pihak Kementan mendorong industri, termasuk Industri Kecil dan Menengah (IKM), mulai mengolah sagu, jagung, dan singkong menjadi produk industri intermediate yakni tepung kering.
Hasilnya adalah tepung kering yang bisa digunakan untuk industri lanjutannya. Industri ini potensinya luar biasa, sumbangan ke PDB luar biasa, dan ekspornya juga meningkat terus, jelas Agung.
Kementan memulai upaya produksi tepung berbahan pangan lokal tersebut dari tingkat Usaha Kecil Menengah (UKM) di 10 lokasi di seluruh Indonesia, yakni Kepulauan Meranti, Gorontalo, Sukabumi, Kupang, dan beberapa daerah lainnya.