(Vibizmedia – Forex) – Memulai perdagangan forex awal pekan di hari Senin (25/02) terpantau posisi dolar AS dibuka dengan nilai yang lebih rendah dari pada posisi penutupan akhir pekan lalu. Namun secara teknikal tampak berusaha rebound oleh tenaga yang didapat dari terjualnya cukup besar aset safe haven, baik yen Jepang dan juga logam mulia.
Namun indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap rival utamanya kini berada pada posisi 96,49 atau turun sekitar 0,02% dari perdagangan sebelumnya, setelah sebelumnya dibuka pada posisi 96.49. Akhir pekan lalu indeks ditutup pada posisi 96.54 atau turun 0,06 persen dari perdagangan sebelumnya.
Akhir pekan lalu, dolar AS anjlok karena investor memilih mengambil aset berisiko lainnya setelah pemimpin utama AS dan Cina mengatakan kemungkinan kesepakatan perdagangan antara negara mereka.
Hanya lebih dari satu minggu tersisa sebelum tarif yang lebih tinggi dapat dipicu oleh berakhirnya tenggat waktu yang ditentukan A.S. untuk kesepakatan. Tetapi pada hari Jumat lalu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping keduanya mengatakan kemajuan signifikan telah dibuat dalam pembicaraan perdagangan dan bahwa kesepakatan mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Trump juga mengatakan pada hari Jumat bahwa jika ia melihat kemajuan dalam pembicaraan perdagangan dengan China, ia mungkin akan cenderung untuk memperpanjang negosiasi melampaui batas waktu 1 Maret, dan menyarankan kemungkinan dua ekonomi terbesar dunia akan dapat membuat kesepakatan.
Untuk pergerakan selanjutnya, analyst Vibiz research Center memperkirakan dinamika laju dolar AS minim pergerakan oleh sepinya datanya ekonomi makro yang mempengaruhi pergerakan pasar. Hanya pada sesi Amerika malam nanti terdapat momentum pidato seorang pejabat senior Fed yaitu Robert Clarida. Secara teknikal, indeks akan turun ke posisi 96.40 dan jika tembus lanjut ke support kuatnya di 96.34-96.10. Namun jika bergerak positif indeks akan naik ke posisi 96.55 dan jika tembus menuju resisten kuat di 96.70 – 96.98.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang