Pada hari Selasa (12/2/2019), di Kantor Staff Presiden (KSP), Menteri KKP Susi Pudjiastuti menyampaikan terobosan yang telah dilakukannya untuk masalah kelautan dan perikanan di Indonesia.
Disampaikannya bahwa sebelum Pak Jokowi memerintah 2014, sudah ada Sensus yang dilakukan pada tahun 2003 – 2013, dimana jumlah rumah tangga nelayan turun dari 1.600.000 menjadi 866.000 saja. Hal ini terjadi karena stock ikan menurun sehingga mereka berhenti berprofesi sebagai nelayan. Pada saat yang sama juga ada 115 eksportir yang membeli ikan dan mengekspor produk perikanan juga tutup akibat stock penurunan stock ikan tersebut.
Permasalah kelautan adalah seperti belantara yang lebih belantara lagi dari hutan karena tidak dapat dilihat apa yang ada di dalam laut.
Penyebab dari stock ikan menghilang mulai diketahui oleh Susi ketika menjabat sebagai Menteri KKP. Melakukan deeply learning dan menyamakan puzzle-puzzle untuk mengetahui permasalah perikanan di Indonesia ini. Dimana back ground Susi juga pengusaha ikan, juga mengumpulkan informasi dari teman-teman pengusaha ikan, maka ditemukan bahwa penyebab jumlah iklan turun adalah massive-nya atau lebih dari 10.000 kapal asing hilir mudik setiap hari menangkap ikan di perairan Indonesia.
Dengan permasalah ini maka Susi mengajukan kepada presiden Indonesia untuk mengutamakan kedaulatan wilayah laut Indonesia. Dengan mengacu pada Undang-Undang yang ada, maka untuk menghentikan hal yang sudah lazim dan massive ini diusulkannya deterrent efect pada kapal-kapal asing. Dimana kapal-kapal asing yang ditangkap tidak disita negara untuk dilelang, tetapi disita negara untuk dimusnahkan.
Bicara memusnahkan kapal bukanlah hal yang mudah, karena kapal yang terbuat dari kayu juga kayunya tebal apalagi yang terbuat dari besi, kalau diserahkan pada pedagang besi Madura perlu 3 tahun lebih untuk menhancurkan 1 kapal. Yang mudah adalah ditenggelamkan, tapi kalau menenggelamkan dengan membuka kran maka tidak menimbulkan deterrent efect karena orang tidak lihat. Maka harus dibuat sedikit bombastis dengan cara ditembak dengan dipasang dinamit di palka kapal. Hasilnya hingga sekarang sudah 488 kapal ditenggelamkan.
Apa yang kita lihat bukan hanya 488 kapal tenggelam tersebut, tetapi kita lihat hasilnya setelah 2 tahun dibuat studi oleh Universitas California Santa Barbara, Litbank tentang assesment kelautan Indonesia maka stock ikan kita meningkat dari 7,5 juta ton menjadi 12,5 juta ton (2016). Lalu biomassa kita naik hingga tiga kali, lebih dari lautan manapun di dunia, karena lautan yang lain biomassa turun hingga tiga kali.
Demikian juga ukuran ikan yang ditangkap nelayan pada tahun 2014 hanya sekitar 7-12 kilogram per ekor, kemudian terjadi kenaikan menjadi sekitar 20 kilogram per ekor pada tahun 2015. Dan hasilnya terus meningkat hingga tahun keempat mencapai 60-90 kilogram per ekor.
Susi telah menerapkan kebijakannya moratorium eks kapal asing, tidak ada lagi kapal asing mencari ikan di laut Indonesia, dan juga pelarangan cantrang. Hal ini sebagai bagian dari pelaksanaan tata kelola yang baik.
Untuk memuluskan kebijakan ini Susi mengajak para Dubes beberapa negara untuk berbicara seperti China, Thailand, Philipina, Malaysia, Australia meminta support dari negara-negara tersebut untuk mengaplikasikan kebijakan ini.
Banyak hambatan yang dialami dalam mengimplementasikan kebijakan ini, tetapi Susi merasakan full support oleh Presiden Jokowi, karena dengan komitment yang kuat dari presiden maka Susi bisa melaksanakan kebijakannya.