(Vibizmedia-Jakarta) Adanya ruang bagi individu di era keterbukaan media sosial menjadi salah satu pemicu banyaknya fitnah dan hoaks beredar dimasyarakat.
Jelang pesta demokrasi yang akan digelar beberapa bulan ke depan, Presiden Joko Widodo mengajak para ulama untuk menebarkan kesejukan bagi seluruh masyarakat, baginya jika ulama dan umara dekat dan sering silaturahmi, maka negara akan tenteram, dingin, dan sejuk.
Saya meyakini apabila para ulama sudah memberikan tausiah dan wejangan pada umatnya, kepada santrinya, inilah yang selalu dijadikan panutan, ungkap Presiden saat bersilaturahmi dengan ulama se-Jadetabek di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis (7/2).
Sekarang ini, telah terbuka ruang bagi setiap individu untuk membuat berita dan opininya sendiri tanpa bisa dikoreksi redaksi. Untuk itu, penting bagaimana kita membentengi pribadi-pribadi yang ada di negara kita ini dengan sebuah budi pekerti yang baik, karakter keislaman yang baik, karakter keindonesiaan yang baik, dengan tata krama yang baik, dengan nilai-nilai agama yang baik.
Benteng yang dimaksud bukan berupa larangan atau diblok, karena hal itu justru makin membuat lebih besar dan menjadi viral.
Situasi seperti ini, tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi terjadi di hampir semua negara. Di Indonesia, tantangannya lebih besar, karena banyaknya peristiwa politik mulai dari pemilihan bupati, pemilihan wali kota, pemilihan gubernur, hingga pemilihan presiden.
Dulu sebelum digabung yang namanya pilkada itu, hampir setiap hari di seluruh Indonesia pasti ada pilkada, entah pilihan bupati atau pilihan wali kota karena kita memiliki 514 kabupaten dan kota, 34 provinsi, ungkapnya.
Jika kematangan dan kedewasaan dalam berpolitik sudah ada, maka sebetulnya fitnah dan hoaks itu tidak akan menyebabkan masalah. Namun, kondisi sekarang masih dalam tahapan proses menuju sebuah kedewasaan dan kematangan dalam berpolitik.
Sehingga sering sekali berita-berita fitnah itu sangat mengguncangkan masyarakat, sangat memengaruhi kenyamanan masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya, terangnya.
Inilah sebabnya, Ia mengajak para ulama agar bisa memberikan wejangan dan tausiahnya kepada umat untuk mengingatkan masalah-masalah yang timbul jika terjadi konflik di Indonesia.
Sekalipun terdapat perbedaan yang sangat jauh dengan Indonesia, Presiden memberikan contoh negara Afghanistan, di sana 7 suku, di sini 714 suku. Afganistan kaya namun tidak bisa dikelola karena konflik yang berkepanjangan. Sering kita lupa sebagai sebuah negara besar. Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sering lupa kita masalah ini, jelasnya.