(Vibizmedia – Column) – Ketika saya menonton Debat Capres & Cawapres 2019 kemarin, jujur saya bisa katakan saya cukup puas untuk melihatnya. Semua yang saya lihat di layar kaca kemarin, memang bisa dikatakan sangat perfect, mulai dari para Paslon yang berdebat, dan juga moderatornya. Ya, saya suka dengan ketegasan Ira Koesno dalam menerapkan peraturan Debat Capres & Cawapres 2019 kemarin. Itu salah satu poin menarik yang saya lihat kemarin.
Secara keseluruhan, saya puas dengan acara semalam yang saya lihat. Saking puasnya, saya bahkan tak henti-hentinya untuk membahasnya. Tentu saja, saya juga mengecek juga komen para warganet atau netizen mengenai debat kemarin. Ada yang positif, namun ada juga yang negatif.
Setelah mengamati beberapa komen dari para warganet, akhirnya saya menemukan beberapa komentar yang kayaknya begitu “kompak” negative thinking nya. Entah mereka janjian atau nggak, tapi dari situ saya melihat, bahwa negative thinking ini sangatlah menular. Kenapa saya bilang menular? Karena dari 1 komen bernada negatif, orang akan terpancing untuk membuat komen negatif lainnya yang bernada serupa.
Nah, mau tahu komentar warganet apa yang menurut saya memberi kesan kalau warganet itu seorang yang negative thinking? Tentu saja komen yang hanya mempertanyakan kenapa Debat Capres & Cawapres ada Paslon yang menggunakan teks untuk dibaca. Nah, membaca komen negatif itu, saya jadi mikir..lho? kenapa sih hal kayak begitu dipermasalahkan? Toh hal itu juga legal saja kok, dan tidak melanggar aturan debat. Dan herannya lagi, komen negatif ini begitu “menular” di kalangan warganet. Heran, kan?
Nah, tapi bagi warganet yang negative thinking, memang hal yang legal sekalipun, bisa jadi masalah di mata dan jarinya. Kenapa? Karena diantara semua yang bagus, matanya tetap mempersalahkan hal yang benar, dan jarinya tetap terkoneksi dengan pengetikan yang bernada sinis atau negatif, meskipun faktanya sama sekali tak ada negatifnya.
Secara fakta, membaca teks saat berdebat tentu diperbolehkan. Bahkan, jujurnya saya pun lebih percaya jika ada teks yang dibaca saat proses Debat Capres & Cawapres 2019 berlangsung. Sebenarnya, menggunakan teks saat berdebat, bagi saya merupakan suatu hal yang wajar.
Dan, menurut pendapat saya, orang yang menggunakan teks saat berdebat ataupun berpidato, adalah cerminan orang yang tidak omdo (omong doang-red), melainkan orang yang berani mempertanggung jawabkan apa yang ia katakan, karena semua sudah ia tulis dan siapkan.
Nah, orang yang baik dan berani bertanggung jawab, kenapa justru masih dipermasalahkan oleh warganet? Itulah yang namanya negative thinking warganet, yang hanya memikirkan hal yang negatif, yang di dalam konteks ini adalah mempersalahkan hal yang benar.
Membaca teks saat berdebat itu sah saja, tetapi bagi orang yang negative thinking, hal yang benar itu pun akan diusahakan supaya menjadi salah. Akibatnya? orang yang negative thinking, sudah sulit untuk melihat hal positif yang ada, bukan hanya soal Debat ini saja, tetapi untuk semua hal. Dan warganet yang biasa mengetik hal yang negatif melulu, biasanya ujungnya akan sulit melihat hal yang positif, dalam hal apapun. Bahaya bukan, untuk kedepannya?
Makanya, tak berlebihan jika sekarang orang berkata : jadilah warganet yang bijak. Kalimat itu ada, tentu saja sebagai himbauan, agar warganet tidak berkembang menjadi orang yang negative thinking.
Intinya, jangan suka terbiasa mengetik hal yang negatif. Karena ingat, jarimu bisa terbiasa mengetik hal yang negatif terus pada akhirnya, jika Anda tak pernah mau menggunakan jemari Anda untuk mengetik hal yang positif. Jangan juga terbiasa untuk mempermasalahkan yang tak penting, tetapi lihatlah hal positif dari suatu hal yang sebenarnya lebih penting untuk dibahas.
Nah, kalau Anda tanya komentar saya soal Debat Capres & Cawapres 2019 kemarin, tentu saja saya akan katakan saya puas dengan acara kemarin. Mengapa? Karena saya senang melihat hal yang benar-benar dikatakan sebagai demokrasi.
Salam semangat!
Zefanya Jodie Sumbayak, MBA / Editor In Chief vibizmedia.com
Image : Vibizmedia