(Vibizmedia – Economy & Business) Perang dagang AS-China berdampak besar bagi kedua negara ekonomi terbesar dunia ini. Karena perang dagang maka muncul sentimen ekonomi China melambat. Seperti yang terjadi dengan perusahaan Apple yang sahamnya anjlok awal bulan ini setelah menyatakan bahwa penjualan iPhone akan gagal karena kelemahan dalam ekonomi China.
Siapa berikutnya yang bisa terkena pengaruh perlambatan ekonomi China? Goldman Sachs menyatakan Starbucks akan menjadi yang berikutnya.
Goldman Sachs menurunkan peringkat penjual kopi terbesar di dunia menjadi netral dari pembelian pada hari Jumat, mengutip sejumlah poin kehati-hatian terhadap China.
Goldman juga menurunkan target harganya di Starbucks menjadi $ 68 dari $ 75. Saham jatuh lebih dari 2,5 persen dalam perdagangan premarket pada hari Jumat menjadi $ 62,51 setelah pernyataan Goldman.
Starbucks sendiri memiliki 3.600 toko di China dan ingin menggandakan jumlah itu dalam empat tahun ke depan.
China akan memangkas target pertumbuhan PDB untuk 2019 menjadi 6 persen dari 6,5 persen pada pertemuan pemerintah Maret, kata sumber-sumber kebijakan kepada Reuters. Pemerintah diperkirakan akan mengambil lebih banyak langkah moneter dan fiskal untuk meningkatkan ekonomi tahun ini di tengah melemahnya permintaan domestik dan perang perdagangan yang sedang berlangsung dengan AS.
Pembicaraan perdagangan antara kedua negara tampaknya berjalan dengan baik, tetapi para investor bersikap hati-hati sampai kesepakatan resmi diumumkan sebelum batas waktu 2 Maret. Tidak jelas apa efek dari pertarungan dagang secara langsung terhadap penjualan merek A.S. di negara itu, tetapi banyak analis Wall Street yakin Apple menghadapi “boikot informal” produk-produknya oleh beberapa konsumen Cina.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group