APEC Ministerial Meeting ke-29 Sepakati Pertumbuhan Yang Berkelanjutan, Inovatif dan Inklusif

0
1443

(Vibizmedia-Nasional) Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo menegaskan Pertemuan Terakhir Pejabat Senior (Concluding Senior Officials’ Meeting/CSOM) pada forum kerja sama ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) berhasil menyepakati beberapa agenda. Pertemuan berlangsung pada 6—7 November 2017, di Da Nang, Vietnam.

Delegasi dari 21 Ekonomi anggota APEC berjuang keras menghasilkan berbagai kesepakatan penting yang akan disahkan Para Menteri dan Pemimpin APEC pada pertemuan yang akan berlangsung 8—11 November 2017. Keputusan CSOM akan menentukan isi Pernyataan Para Menteri dan Deklarasi Para Pemimpin APEC mengenai pengembangan dan konstruksi masa depan kawasan yang berlokasi di sepanjang pantai Lautan Pasifik itu.

“Beberapa agenda yang berhasil disepakati pada CSOM yaitu terkait pertumbuhan yang berkelanjutan, inovatif dan inklusif; penguatan integrasi ekonomi regional dan Bogor Goals; daya saing dan inovasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di era digital; serta keamanan pangan dan pertanian yang berkelanjutan,” jelas Iman.

Menurut Iman, kepentingan Indonesia pada proses perundingan APEC tahun ini di bawah ketuanrumahan Vietnam adalah mendorong perdagangan dan investasi yang pro-pertumbuhan inklusif, termasuk pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan. “Proyek utama APEC dalam rangka integrasi ekonomi regional serta pencapaian Bogor Goals tentang perdagangan dan investasi bebas dan terbuka tahun 2020 harus didasari prinsip ini,” tandasnya.

Sementara itu, penguatan integrasi ekonomi regional Asia-Pasifik akan terus dilakukan dengan target dan tenggat waktu pencapaian. Beberapa program kerja penguatan integrasi ekonomi ini, misalnya APEC Services Competitiveness Roadmap bagi peningkatan pertumbuhan perdagangan jasa sebesar 6,8% per tahun antara 2017-2025; serta Kerangka Kerja Konektivitas Rantai Pasok APEC 2017-2020 bagi penurunan biaya, keterlambatan, dan ketidakpastian perdagangan kawasan.

Prioritas APEC tahun 2017, lanjut Iman, termasuk peningkatan upaya perwujudan cita-cita Bogor Goals yang hanya menyisakan dua tahun menjelang 2020. Anggota APEC menyadari perlunya penetapan langkah-langkah baru terkait hal-hal yang belum terselesaikan dalam Bogor Goals, antara lain isu tarif dan hambatan nontarif, jasa, dan investasi.

Hal lain yang menjadi titik perhatian dan fokus perjuangan delegasi Indonesia yaitu peningkatan kesempatan akses bagi perdagangan UMKM. Indonesia mengedepankan kepentingan UMKM agar piawai melakukan inovasi dan memperbaiki daya saing, terutama agar mudah beradaptasi dan mendapatkan manfaat maksimal dari era perdagangan digital.

“Indonesia menyadari pentingnya teknologi dan inovasi untuk mengembangkan daya saing UMKM. Penting bagi APEC menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memfasilitasi e-commerce di kawasan, terutama melalui peningkatan kapasitas agar UMKM mendapatkan akses yang memadai terhadap infrastruktur digital, keamanan data, serta kemudahan prosedur dalam e-commerce lintas batas,” kata Iman.

Bagaimanapun, lanjut Iman, perkembangan teknologi dan inovasi serta tren globalisasi saat ini memberikan konsekuensi positif maupun negatif bagi UMKM. “Untuk mengatasi tantangan tersebut, UMKM harus meningkatkan daya saing dan inovasi,” imbuhnya.

Pejabat Senior APEC pada CSOM kali ini juga menyepakati beberapa inisiatif penting seperti APEC Best Practices for Promoting Supporting Industries in the Asia Pacific Region dan APEC Framework on Cross-border E-Commerce Facilitation. Mereka juga menyetujui konsep Kesepakatan Para Menteri dan Deklarasi Para Pemimpin APEC 2017 untuk mendapatkan pengesahan saat pelaksanaan Pertemuan Tingkat Menteri dan Pemimpin APEC pada 8- 11 November 2017. Selain itu, APEC bersinergi dengan perwakilan sektor bisnis yang diwakili oleh APEC Business Advisory Council (ABAC).

APEC juga mulai mengaitkan program-program kerja dua tahun ke depan dalam kerangka kelanjutan dinamika APEC pasca 2020. Untuk itulah CSOM kali ini melakukan pembahasan yang mendalam mengenai gagasan Free Trade Area in Asia Pacific (FTAAP). APEC berperan sebagai inkubator dan pemberi “input intelektual” bagi perwujudan FTAAP di masa mendatang.

FTAAP diharapkan memiliki elemen-elemen penting dari berbagai FTA yang ada atau yang sedang dirundingkan saat ini, termasuk Trans-Pacific Partnership (TPP) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). “Penekanan Indonesia pada konsep FTAAP ini adalah peningkatan kapasitas dan pembangunan. FTAAP harus berpusat pada kepentingan rakyat, bercirikan perdagangan inklusif, dan mampu mengurangi jurang pembangunan antara ekonomi maju dan ekonomi berkembang,” pungkas Iman.

APEC merupakan forum kerja sama ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang didirikan tahun 1989. Tujuan utama APEC adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan di Asia Pasifik. Saat ini anggota APEC terdiri dari 21 Ekonomi APEC yaitu Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, Chili, Filipina, Hong Kong-RRT, Kanada, Korea Selatan, Indonesia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, RRT, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Dengan populasi penduduk 2,9 miliar orang, total perdagangan APEC mencapai USD 20 triliun di tahun 2016.

APEC menekankan pentingnya semangat kebersamaan dalam pencapaian berbagai target dan tujuan APEC. Tujuan utama APEC adalah kesejahteraan rakyat, termasuk untuk mempersempit kesenjangan pembangunan. Selain itu, menjaga perdamaian dan stabilitas dan mempertahankan dinamika kawasan agar kondusif bagi pertumbuhan ekonomi seluruh ekonomi di Asia-Pasifik maupun dunia.

Panda/Journalist/VM
Editor : Agustinus Purba
Image : Kemendag

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here