Konkrit sekali apa yang dicanangkan oleh pemerintah untuk membangun Indonesia dari pinggiran, saya sendiri turut mendukungnya. Tulisan ini saya susun bukan berdasarkan data, namun saya mengamati langsung apa yang terjadi pada perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Saya berkesempatan berjalan menuju Asiki melalui darat dari Kota Merauke akhir tahun 2015. Perbatasan ini mengalami masalah klasik yang dihadapi oleh pemerintah daerah dan masyarakat, yaitu belum adanya sarana jalan yang mendukung perekonomian di desa-desa. Kalau merujuk kepada kalimat Prof. Emil Salim semasa saya kuliah bahwa untuk memajukan perekonomian masyarakat, bukalah jalan penghubung maka perekonomian akan bertumbuh, itulah sebabnya Trans Sumatera menjadi salah satu contohnya. Merauke Asiki ditempuh belasan jam namun saya menikmati perjalanan menuju kesana, sebab jalan yang digunakan sudah memadai.
Sepanjang perjalanan saya melihat penduduk berjalan melaluinya, sesekali saya melihat motor membawa burung Kasuari hasil buruan yang sangat banyak di hutan-hutan dan beberapa orang menjajakan bahan bakar minyak, juga tumbuh warung-warung yang menyediakan makanan bagi kendaraan yang melaju melaluinya. Jalan ini menjadi penghubung desa yang memberikan pertolongan untuk anak-anak mendapatkan pelajaran yang layak, penduduk lokal juga saya lihat ramai mengunjungi puskesmas dan jalan memang membuka nadi perekonomian bagi sebuah daerah. Pengamatan saya saat itu, terlihat pembangunan jalan sedang gencar dilakukan, pemerintah didukung pengusaha-pengusaha lokal juga investor asing mulai melebarkan jalan dan kondisi ini akan makin dipercepat saat tiang-tiang listrik sudah mulai dipasang sepanjang perjalanan terutama dekat dengan desa sekitar.
Asiki merupakan daerah dipinggir sungai Diogel yang mengalir sangat panjang, perjalanan menuju daerah ini membuat saya menyadari memang strategi untuk membangun Indonesia dari pinggiran adalah strategi yang tepat sebab mengutamakan kehidupan masyarakat. Asiki sendiri memiliki penerangan memadai yang dibangun oleh perusahaan lokal. Terlihat desa-desa di Asiki mengambil manfaat dari hal ini, malam hari penerangan dari perusahaan setempat mengalir ke desa-desa sebagai wujud kepedulian mereka terhadap masyarakat. Presiden Jokowi sendiri pernah berkunjung ke Merauke, sebagai komitmen presiden membangunan perbatasan yang masih terus dilakukan. Memang tidak langsung berhubungan namun sikap pemerintah ini membuat pasar memberikan tanggapan positif atas Indonesia. Hal ini terlihat dari Jahanzeb Nazeer – Credit Suisse yang menyampaikan pada media “everyone is bullish on Indonesia now.“
Saya pulang dari Asiki pada sore hari setelah satu malam menginap dan dalam perjalanan saya mengalami kondisi kemacetan yang panjang, karena proses pembangunan sedang dilakukan, sehingga kendaraan harus antri bergantian melalui sisi yang sudah selesai dibangun. Saya mengerti bahwa pembangunan membutuhkan waktu, dan dukungan terhadapan pemerintah sangat dibutuhkan agar dampaknya dirasakan masyarakat perbatasan.
Penulis : Fadjar Ari Dewanto, Executive Director Lepmida (Lembaga Pengembangan Manajemen dan Investasi Daerah)