(Berita Daerah – Sumatera) Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyampaikan jika krisis listrik di Sumatera Utara yang sering terjadi selama ini baru bisa teratasi pada tahun 2019. Hal itu bisa terwujud apabila pembangunan pembangkit listrik dapat terselesaikan sesuai rencana. Krisis listrik di Sumatera Utara itu tidak hanya menyulitkan masyarakat, namun juga merugikan bagi perekonomian daerah.
Direktur PLN, Nasri Sebayang di Medan, Rabu (8/7) mengatakan jika belakangan ini masih ada pemadaman listrik, memang dikarenakan masih ada krisis. Pemadaman listrik yang masih terjadi termasuk di Ramadan juga diakibatkan semakin tingginya beban puncak atau sudah mencapai 1.850 Megawatt.
Hal tersebut disampaikan setelah jajaran PLN menemui Wakil Gubernur Sumatera Utara Erry Nuradi untuk menjelaskan persoalan pemadaman listrik yang terus terjadi di bulan Ramadan ini dan sudah mendapat protes dari masyarakat.
Di dalam pertemuan itu Direktur PLN menjelaskan bahwa beban puncak terus bertambah, sementara cadangan tidak mencukupi di tengah adanya gangguan satu unit pembangkit yaitu PLTU Nagan Raya. Selain itu pihaknya juga menjelaskan sudah menjadi ketentuan bahwa setiap pembangkit pada waktunya harus dihentikan operasionalnya untuk diperiksa.
Untuk cadangan listrik di suatu daerah idealnya yaitu minimal 30 persen dari beban puncak atau yang terjadi di Sumatera Utara harus sebesar 550 MW. Sedangkan yang tersedia pada saat ini cadangan listrik di Sumatera Utara hanya sekitar 100 MW, sehingga masih kurang 450 MW.
Kondisi itu diakibatkan oleh pertumbuhan ketenagalistrikan di Sumatera Utara per tahun masih rendah di bawah beban puncak. Pertumbuhan ketenagalistrikan di Sumatera Utara hanya sebesar 6-7 persen, sementara beban puncak tumbuh cukup pesat hingga 12 persen. Oleh karena itu Sumatera Utara harus memperbanyak jumlah pembangkit tenaga listriknya agar defisit listrik bisa teratasi.
Akbar Buwono/Regional Analyst at Vibiz Research/VM/BD Editor : Eni Ariyanti image: ant