Hanya ekonom yang mengenal istilah multiplier effect, sebuah akibat berangkai yang ditimbulkan oleh karena sebuah keputusan baik politik maupun ekonomi. Misalnya ketika pemerintah memutuskan untuk menaikan harga BBM, akibat yang langsung terjadi adalah kenaikan biaya-biaya angkutan, moda transportasi, baik yang digunakan untuk barang maupun penumpang. Apakah akibatnya berhenti sampai disana? Tentunya tidak. Akibat lain yang ditimbulkan adalah kenaikan harga barang dan jasa, khususnya barang-barang yang mempunyai elastisitas tinggi seperti kebutuhan pokok. Akibat ini masih belum berhenti disana, secara jelas bisa terlihat, kenaikan harga barang meningkatkan pengeluaran rumah tangga, dan akan memukul keluarga miskin yang sebagian besar pendapatannya untuk mencukupi kebutuhan pokok. Biasanya dititik ini pemerintah melakukan usaha menghentikan efek ini dengan memberikan bantuan langsung tunai, yang dalam era Jokowi penyalurannya dilakukan melalui kartu keluarga sejahtera.
Efek tersebut masih bercabang dengan dampak yang berbeda-beda, berbeda segmen, berbeda akibat dan masih ditambah juga dampak yang terjadi antar segmen ekonomi sosial. Ekonom seperti Professor Iwan Jaya Aziz meminta pembuat kebijakan untuk memperhitungkan multiplier effect dalam setiap langkahnya, sebab bukan saja yang direct yang perlu dilihat namun juga yang indirect yang perlu diperhatikan.
Penulis Fadjar Ari Dewanto adalah Executive Director Lepmida (Lembaga Pengembangan Manajemen dan Investasi Daerah)