Industri Farmasi Indonesia Tulang Punggung Ekonomi Nasional

0
293
Kepala BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar. FOTO: BPOM

(Vibizmedia-Nasional) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut pertumbuhan industri farmasi di Indonesia dalam turut menyumbang pemasukan negara. Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan industri farmasi nasional merupakan tulang punggung atau basis ekonomi nasional karena nilai revenue-nya cukup besar.

“Jumlahnya antara Rp100-140 triliun per tahun. Dari aspek ini sebetulnya kita berasumsi itu bisa meningkat jauh, bisa dua kali lipat lagi. Saya yakin kita bisa sampai Rp300-400 triliun kalau ekonomi jalankan dengan tepat,” jelas Taruna dalam keterangannya, pada Selasa, 24 September 2024.

Menurutnya, saat ini perusahaan farmasi di Indonesia sebanyak 240 dan hanya 190 di antaranya yang masih aktif.

“(Selain itu) Distribusi farmasi itu cukup besar, ada sekitar 4-5 ribuan. Yang lebih besar lagi adalah outlet-outlet, apotek-apotek, tempat bagaimana obat ini didistribusikan, dijual, dan sebagainya (mencapai) hampir 8 ribu lebih apotek ke Indonesia,” katanya.

Hal ini turut didukung dengan jumlah penduduk keempat terbesar dunia. Tak berhenti di dalam negeri, Taruna menyoroti kualitas produk perusahaan farmasi Indonesia yang dapat bersaing dalam industri global.

“Sebagian perusahaan-perusahaan farmasi kita sudah ekspor hampir ke seluruh dunia. Walaupun tiap satu perusahaan ada yang fokusnya ke suatu tempat. Kualitas produk Indonesia sudah bagus, kita optimis dan kita berharap bisa jumlah yang dari Rp100-120 triliun itu bisa (naik) dua kali atau tiga kali lipat karena potensi kita besar.” jelasnya.

Dalam hal ini pihaknya berupaya untuk mempermudah perusahaan Tanah Air menuju mancanegara dengan menguatkan posisi BPOM di dunia. Taruna menjelaskan, terdapat dua indikator yang tengah dikejarnya, yakni WHO Listed Authority yang saat ini masih dalam level 3.

“Kita sekarang masih maturitas level 3. Badan POM akan masuk juga ke maturitas level tertinggi, level 4 dalam bidang obat.”

Taruna mengaku optimistis BPOM Indonesia bisa mencapai level 4 pada tahun depan. Dalam prosesnya, Taruna mengungkapkan bahwa pihak WHO akan mengunjungi Indonesia untuk menilai akreditasi WLA tersebut. Jika berhasil, BPOM RI akan masuk dalam 30 besar negara top dunia, setara dengan Amerika hingga Jepang.

“Yang kedua kita sudah cukup gembira yang kita sebut dengan PIC-S (Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme), kita sudah masuk dari 41 negara, kita sudah masuk dalam konteks itu,” lanjutnya.

PICS ini berkaitan dengan maturitas industri farmasi di bidang money factoring. Hal ini lantas dapat mengurangi biaya dan lamanya waktu approval untuk bisa dipasarkan di negara tersebut.

“Manfaatnya adalah industri obat yang ingin mengirim ekspor dagang mereka dari luar negeri tidak harus datang ke Indonesia mengecek pabriknya, dia cukup lihat, oh ini sudah maturitas lembaganya sudah diakui sejajar.” ungkapnya.