(Vibizmedia – Nasional) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo bekerja sama dengan Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT), menggelar diskusi ilmiah bidang kehutanan yang diberi tajuk Indonesia-Japan Forest Talks di Kampus Koganei TUAT, Selasa (2/8).
Ini adalah bentuk upaya KBRI Tokyo untuk mendorong semangat Kampus Merdeka dalam mengemban diplomasi pendidikan tinggi, riset, dan teknologi di Jepang.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Yusli Wardiatno bersama Dekan Fakultas Kehutanan asal Institut Pertanian Bogor (IPB), Naresworo Nugroho, dan Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Rudianto Amirta, melakukan pertemuan terpisah dengan Dekan Fakultas Pertanian TUAT Ryo Funada dan Wakil Dekan Atsushi Chitose.
Kerja sama Pertukaran Mahasiswa Program Sarjana dengan Biaya Mandiri
Dalam pertemuan ini, Atdikbud Yusli mengusulkan kerja sama pertukaran mahasiswa program sarjana dengan biaya mandiri agar semakin banyak mahasiswa S-1 Indonesia yang dapat mengimplementasikan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Atdikbud Yusli mengatakan bahwa program pertukaran mahasiswa S-1 sebagai wujud implementasi MBKM dapat dilakukan dengan biaya mandiri. Untuk menekan pembiayaan maka program 1 semester dapat diselenggarakan dengan sistem hibrida, yakni empat bulan secara daring dan dua bulan secara luring di Jepang. Selain itu, karena IPB dan TUAT sudah memiliki nota kesepahaman, maka uang kuliah (tuition fee) dapat dihapus. Ia meyakini bahwa jika demikian maka program ini dapat terselenggara dengan biaya minimal.
“Ide program MBKM biaya mandiri dengan format tersebut ditanggapi positif oleh semua dekan yang hadir dalam pertemuan tersebut dan akan didiskusikan rinciannya untuk pelaksanaan ke depan,” ungkap Atdikbud Yusli.
Pertemuan ini dihadiri oleh KBRI Tokyo, pihak perguruan tinggi, yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas Mulawarman dan TUAT, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, serta sektor swasta, yaitu Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) dan Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas.
Kerjasama Triple Helix
Dalam kesempatan ini, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi, menekankan pentingnya membangun kerja sama triple helix, yaitu kerja sama antara pemerintah, swasta, dan dunia akademik antara Indonesia dengan Jepang dalam bidang ketahanan pangan dan energi.
Dubes Heri mengatakan bahwa kedua bidang ini menjadi perhatian pimpinan kedua negara, baik Presiden Joko Widodo maupun Perdana Menteri Fumio Kishida pada saat lawatannya. Itu sebabnya KBRI Tokyo terus mendorong langkah-langkah awal yang konstruktif dalam penguatan kerja sama pendidikan, riset, dan teknologi kehutanan antara TUAT dan perguruan tinggi Indonesia, juga bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan KLHK.
Membentuk Tim Kecil Memformulasikan Bentuk dan Format Kerjasama
Dubes Heri melanjutkan, langkah awal konkret kerja sama bidang kehutanan ini dapat dilakukan dengan membentuk tim kecil atau working group yang beranggotakan peneliti dari TUAT, KLHK, IPB dan Universitas Mulawarman serta pihak swasta yang hari ini hadir.
“Tim kecil inilah yang akan memformulasikan bentuk dan format kerja samanya. Dari KBRI Tokyo tentunya peran Atase Pendidikan dan Kebudayaan serta dan Atase Kehutanan juga diperlukan,” tegas Dubes yang menyoroti pengembangan ibukota baru di wilayah Kalimantan Timur dengan konsep Smart Forest City dan fungsi hutan Indonesia dalam menurunkan emisi karbon sebagai salah satu tema prioritas kerja sama.
Dalam kesempatan ini, Rektor TUAT Kazuhiro Chiba menyambut kedatangan Dubes RI Tokyo Heri Akhmadi yang didampingi Atdikbud Yusli Wardiatno dan Atase Kehutanan M. Zahrul Muttaqin serta delegasi KLHK yang dipimpin oleh Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Agus Justinto dan peserta lainnya. Rektor Chiba sangat mendukung pernyataan Dubes Heri tentang perlunya membangun kerja sama triple helix.
Tiga Hal Strategis dalam Pengembangan Kerjasama
Rektor Chiba, dalam sambutannya, menyampaikan tiga hal strategis yang akan dilakukan TUAT dalam pengembangan kerja sama risetnya yakni riset yang mendorong terciptanya inovasi baru, riset yang melibatkan industri dan riset yang melahirkan perubahan dramatis yang berdampak positif bagi masyarakat.
“Kita harus mencari mekanisme baru yang dapat memformulasikan format kerja sama antar profesor perguruan tinggi Indonesia-Jepang sehingga mampu menumbuhkan konsep masyarakat cerdas dalam harmoni (smart society in harmony) yang mampu menjadi solusi dalam penanganan masalah penyediaan pangan dan isu-isu sosial masa depan melalui temuan cutting-edge technology (teknologi paling baru dan berada dalam level paling tinggi),” papar Rektor Chiba.
Indonesia-Jepang Sepakati Pengembangan Capacity Building hingga Rantai Pasok Industri Hijau