(Vibizmedia – commodity) – Review pergerakan pasar minyak sawit selama bulan Oktober, harga minyak sawit mengakhiri bulan Oktober dengan naik 9.31%, melanjutkan kenaikan di bulan September 8.02%. Pada bulan Oktober ini harga minyak sawit naik mencapai rekor harga tertinggi menembus harga 5,000 ringgit pada 20 Oktober 2021 pada penutupan di harga 5.066 ringgit, namun sempat ke harga 5,090 ringgit.
Pergerakan harga minyak sawit selama Bulan Oktober :
- Harga minyak sawit Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Senin 04 Oktober naik 81 ringgit atau 1.8% menjadi 4,586 ringgit per ton setelah turun 2% pada sesi sebelumnya.
- Harga minyak sawit Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Rabu 20 Oktober 2021 naik 122 ringgit atau 2.47% menjadi 5,066 ringgit ($1,217.79) per ton. Harga sempat naik 2,95% di 5,090 ringgit per ton pada sesi siang.Pengaruh kenaikan harga minyak mentah yang ke harga $82.03.Ekspor minyak sawit Malaysia dari 1-20 Oktober diperkirakan turun 7.8 -14.7% dari September pada minggu yang sama. Sudah naik dari turunnya 11-18% dari 1 –15 Oktober. The Southern Peninsula Palm Oil Millers Association (SPPOMA) memperkirakan produksi 1-15 Oktober turun 0.2% dari bulan sebelumnya, dari beberapa negara bagian
Faktor –faktor yang menaikkan harga minyak sawit
Faktor dari luar :
Terjadinya krisis energi, harga minyak mentah dan gas alam yang meningkat sangat tinggi, harga minyak mentah sempat mencapai rekor tertinggi 7 tahun. Akibatnya berpengaruh ke harga bahan bakar pengganti, berpengaruh kepada harga minyak kedelai, dan harga minyak sawit yang dipakai untuk biodiesel bahan bakar pengganti bensin.
Harga minyak mentah pada 26 Oktober sempat mencapai rekor tertinggi 7 tahun di $83.34 per barel.
Kenaikan harga minyak kedelai, karena kelangkaan dari kedelai, dimana di Amerika Selatan terjadi kekeringan sehingga kembali lari ke kedelai Amerika.
Faktor dari dalam :
Malaysia
Produksi minyak sawit kurang karena kekurangan tenaga kerja di perkebunan sawit Malaysia akibat pandemi covid. Pada 25 Oktober the Malaysian Palm Oil Association memperkirakan produksi minyak sawit tahun ini akan dibawah 18 juta ton turun 6% dari tahun lalu, jumlah terendah sejak 2016.
Ekspor minyak sawit Malaysia dari dari 1-31 Oktober sebesar 1,453,097 MT turun 10.75% dari 1,628,168 MT pada bulan September menurut Amspec,
India
Turunnya pajak impor India menyebabkan terjadi penambahan ekspor minyak sawit. Perubahan pajak import terjadi karena pajak impor crude palm oil (CPO) tidak menguntungkan dibandingkan pajak impor minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Pajak impor CPO sebesar 8.25% sedangkan pajak impor minyak kedelai dan minyak bunga matahari sebesar 5.5%.
India menurunkan dasar pajak impor CPO, Crude soyoil dan Crude sunflower oil menjadi 0% dari 2.5% untuk mengurangi harga yang mencapai rekor.
Negara Asia Selatan juga mengurangi Agriculture Infrastructure and Development Cess (AIDC) dari CPO menjadi 7.5% dari 20% sementara AIDC dari crude soyoil dan crude sunflower oil menjadi 5% dari 20%.
Impor minyak sawit India di bulan September naik dua kali lipat dari tahun lalu mencapai rekor 1.26 juta ton setelah pembeli menaikan pembelian minyak sawit olahan sebelum festival dan untuk mengambil keuntungan dari penurunan pajak import, menurut the solvent Extractor’s Association India.
Meningkatnya ekspor ke India dapat membuat persediaan tetap rendah karena produksi sawit Malaysia meningkat akibat musim sawit sedang berlangsung.
Indonesia
Indonesia, negara penghasil minyak terbesar di dunia memperbaiki perkiraan ekspor di tahun 2022 menjadi 47.5 juta ton turun dari 49 juta ton di 2021
Indonesia, negara eksportir terbesar di dunia, menghentikan ekspor bahan mentah dari semua jenis minyak nabati dan mempersiapkan untuk meningkatkan ekspor bahan olahan, menurut Presiden Jokowi pada hari Rabu 13 Oktober 2021.
Di Indonesia produksi minyak sawit naik setelah positif covid berkurang kenaikan 3.5% di 2021/22 dan dibanding naik 2.4% di 2020/21 menurut Fitch.
Faktor yang dapat menurunkan harga sawit dari perkiraan yang dikeluarkan oleh Fitch Solution Country Risk and Industry Research mengeluarkan perkiraannya pada 29 Oktober 2021:
Konsumsi sawit global diperkirakan akan turun di 2022 karena harga sawit yang mahal, konsumsi sawit global di 2022 turun 2.7% dari tahun 2021, memperbaiki perkiraan di bulan Agustus bahwa di 2022 akan ada kenaikan konsumsi sebesar 3.4% dari tahun 2021 menurut Fitch, sementara di tahun 2022 diperkirakan akan ada kenaikan dari permintaan biofuel.
Hasil panen diperkirakan akan naik setelah para pekerja asing diperbolehkan bekerja kembali karena level vaksinasi sudah meningkat dan pembatasan perjalanan sudah diperbolehkan. Hasil panen akan kembali naik setelah turun 3 kuartal di 2021/22 sebesar 7.3% dari tahun lalu dan terus naik sampai 2022/23.
Pergerakan harga minyak sawit pada minggu terakhir dari 25 – 29 Oktober 2021:
- Harga minyak sawit Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Jumat 29 Oktober 2021 ditutup naik 1.91% menjadi 5,023 ringgit ($1,213.58) per ton harga tertinggi sejak 20 Oktober, naik dari turunnya harga 1.66 % pada dua hari sebelumnnya
- Harga minyak sawit Januari pada hari Kamis 28 Oktober 2021 di Bursa Malaysia Derivative Exchange 2021 turun 0.79% menjadi 4,927 ringgit ($1,187.80) per ton. Melanjutkan penurunan 1% pada hari Rabu.
- Harga minyak sawit Januari pada penutupan pasar hari Rabu 27 Oktober 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 1% menjadi 4,962 ringgit ($1,196.24) per ton setelah naik 1.8% pada dua hari berturut-turut.
- Harga minyak sawit Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Selasa 26 Oktober 2021 naik 0.87% menjadi 5,012 ringgit ($1,208.29) per ton, namun sempat mencapai kenaikan sebesar 0.93%% dari penutupan pasar siang.
- Harga minyak sawit Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Senin 25 Oktober 2021 naik 0.93% menjadi $4,970 ringgit ($1,198.17) per ton.
Pengaruh kenaikan Harga Minyak Sawit pada Bulan Oktober kepada harga saham-saham perusahaan sawit di Bursa Efek Indonesia :
- PT Astra Agro Lestari (AALI) kenaikan harga sahamnya 8.60% selama sebulan terakhir. Laporan keuangan perusahaan di kuartal 3, Laba Bersih melonjak 152.20% dari tahun lalu menjadi Rp 1.47 trilyun per 30 September 2021.
- PT Sampoerna Agro tbk (SGRO) kenaikan harga sahamnya sebesar 22.04% sebulan terakhir. Laporan keuangan dikuartal III 2021, Laba bersih Rp 509.67 milyar per 30 September 2021 melonjak 2,768 % dari tahun lalu sebesar 17.77 miliar.
Walaupun pada minggu terakhir harga saham-saham perusahaan sawit ini mengalami penurunan karena pemilik dana mengambil keuntungan tapi saham-saham ini sudah mengalami kenaikan pada bulan September dan Oktober dan selama setahun ini.
Kesimpulan :
Harga minyak sawit yang sudah terlalu tinggi membuat konsumen beralih ke minyak nabati lainnya, sehingga harganya bisa kembali turun, dan diikuti dengan bertambahnya produksi minyak sawit sehingga persediaan bisa meningkat. Pasar menantikan Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan dari the Malaysian Palm Oil Board yang diumumkan pada tanggal 10 Nopember 2021.
Perkiraan pasar harga minyak sawit akan mencapai 6,000 ringgit, akankah itu terjadi ? Kalau masih terjadi penurunan produksi, kelangkaan persediaan dan pengaruh cuaca buruk sedangkan permintaan akan meningkat terutama untuk biodiesel maka harga minyak sawit bisa bergerak ke harga 6,000 ringgit per ton.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 4,820 ringgit dan kemudian ke 4,740 ringgit sedangkan resistant pertama di 5,070 ringgit dan berikut ke 5,090 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting