(Vibizmedia – Commodity) – Harga minyak sawit Malaysia pada hari Jumat naik mencapai kenaikan mingguan tertinggi dalam 6 minggu sebesar 4.25%, kenaikan yang ke empat, perkiraan adanya kenaikan dari data ekspor pada akhir minggu.
Pergerakan di pasar modal yang sempat terganggu pada minggu lalu akibat efek kejatuhan dari saham Evergrande di Cina, ternyata pada minggu ini berlalu sehingga terjadi pergerakan kenaikan kembali baik di pasar modal maupun di pasar berjangka, harga komoditas kembali naik, dan harga minyak sawit kembali mengalami kenaikan mingguan yang tertinggi selama 6 minggu.
Harga minyak sawit diperkirakan akan terus menguat sampai Maret karena naiknya biaya restribusi ekspor dari Indonesia, dapat meningkatkan pembelian ke Malaysia sedangkan persediaan diperkirakan akan berkurang pada dua bulan pertama di 2002, menurut analis senior.
Kenaikan harga ini membuat India sebagai importir utama dari minyak sawit akan mengalihkan pembelian ke minyak nabati lainnya, setelah festival di India berakhir pada bulan depan, persediaan minyak sawit kembali akan naik pada bulan depan setelah pada bulan Agustus persediaan naik 25% dari bulan sebelumnya.
Indonesia akan menunda mandat peningkatan biodiesel dari B30 ke B40 dan juga menaikkan pajak ekspor September menjadi USD166 per ton dari USD 93 pada bulan sebelumnya, sehingga membuat harga minyak sawit meningkat, karena permintaan minyak sawit beralih ke Malaysia sehingga harga minyak sawit berjangka di Malaysia meningkat.
Pergerakan harga minyak sawit pada minggu lalu dari tanggal 20 September sampai 24 September 2021:
- Harga minyak sawit Desember pada penutupan pasar Jumat 24 September 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 5 ringgit atau 0.11% menjadi 4,442 ringgit ($1,060.90) per ton.
- Harga minyak sawit Desember pada penutupan pasar Kamis 23 September 2021 , di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 116 ringgit (2.70%) menjadi 4,447 ringgit per ton.
- Harga minyak sawit Desember pada penutupan pasar hari Rabu 22 Desember 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 139 ringgit atau 3.32% menjadi 4,331 ringgit ($1,033.40) per ton.
- Harga minyak sawit Desember pada penutupan pasar Selasa 21 September 2021 naik 21 ringgit atau 0.5% menjadi 4,194 ringgit ($1,002.63) per ton
- Harga minyak sawit Malaysia Desember pada hari Senin 20 September 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 5.37% pada awal pasar dan ditutup turun 94 ringgit atau 2.21% menjadi 4,167 ringgit ($994.51) per ton .
Pergerakan harga pada minggu lalu disebabkan oleh:
- Harga minyak mentah naik lima hari berturut-turut dan harga minyak Brent mencapai harga $80 karena persediaan dunia berkurang akibat dari penurunan tambahan penderita covid. Naiknya harga minyak mentah akanmendorong kenaikan permintaan biodiesel, sebagai bahan bakar pengganti
- Saham Asia turun karena kekhawatiran kenaikan harga minyak mentah ke harga tertinggi tiga tahun dapat memicu inflasi dan membuat bank sentral akan membuat keputusan untuk mengurangi inflasi.
- Karena cuaca yang baik pada bulan April sampai September maka produksi sawit Malaysia diperkirakan akan naik menjadi 19.2 juta ton di 2022, dibanding tahun ini sebesar 18.2 juta karena kekurangan tenaga kerja. Sedangkan produksi Indonesia akan 1 juta ton.
- Persediaan minyak nabati dunia sebesar 5 juta ton di 2021-22 dibanding kenaikan 2.5 juta ton pada tahun sebelumnya. Permintaan tidak akan berubah 4 juta ton.
- Impor India di 2021- 22 sebesar 13.4 juta ton, dibanding dengan 13.44 juta ton tahun sebelumnya. Pembelian minyak sawit turun menjadi 7.65 juta ton dari 8.21 juta ton. Pembelian minyak kedelai naik menjadi 2.9 juta ton dari 2.88 juta ton, sementara minyak bunga matahari naik menjadi 2.5 juta ton dari 1.95 juta ton.
- India akan menurunkan pajak impor untuk minyak nabati karena tingginya harga di pasar lokal.
- Cina akan mengimport hanya 100 juta ton kedelai pada tahun depan, dan mengurangi impor minyak nabati sehingga penggilingan biji-bijian bahan minyak nabati akan berkurang.
- Perkiraan ekspor minyak sawit Malaysia antara 1 –25 September antara 18% – 40% dari bulan lalu.
- The Malaysian Palm Oil Association memperkirakan produksi dari 1 September – 20 September turun 0.55% dari bulan Agustus pada minggu yang sama.
- Jerman akan menghentikan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku untuk memproduksi biofuels mulai tahun 2023 menurut Kementrian Lingkungan hidup Jerman
Kesimpulan:
Harga minyak sawit berada pada harga tertingginya diatas 4,000 ringgit pada minggu ini harga ini tidak dapat dipertahankan karena para importir akan beralih ke minyak nabati lain karena mahalnya harga minyak sawit.
Apalagi Cina sedang mengurangi impor kedelai dan minyak nabati lainnya sampai akhir tahun, apabila ini semua terjadi permintaan akan turun membuat ekspor turun sehingga persediaan akan meningkat membuat harga minyak sawit akan kembali ke harga normal kembali.
Cuaca yang baik pada musim panen di bulan September ini akan membuat produksi meningkat apabila diikuti dengan ekspor menurun maka harga minyak sawit akan merosot lagi.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 4,340 ringgit dan kemudian ke 4,040 ringgit sedangkan resistant pertama di 4,500 ringgit dan berikut ke 4,620 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Editor : Asido