(Vibizmedia-Nasional) Presiden mengaku kaget melihat wajah baru Bandara Internasional Syamsudin Noor di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan,
“Saya tadi masuk ke bandara yang baru ini saya betul-betul sangat kaget sekali. Kaget, karena biasanya di sana (bandara lama). Artinya bisa bayangin yang dulu kayak apa, yang sekarang kayak apa,” kata Presiden dalam sambutannya, Rabu (18/12).
Kekaguman Presiden Jokowi bukan tanpa alasan. Dari sisi keluasan, terminal baru bandara tersebut memiliki luas 77.000 meter persegi, sangat jauh jika dibandingkan dengan terminal lama yang hanya seluas 9.000 meter persegi.
“Jadi berapa kali ini? 8 kali lipat dari yang lama. Kemudian kapasitasnya untuk penumpang, yang sebelumnya yang di sana itu 1,3 juta penumpang per tahun, di sini 7 juta penumpang per tahun. Kelihatannya loncatannya sangat tinggi,” ungkapnya.
Menurutnya, pertumbuhan pergerakan penerbangan dan penumpang di bandara tersebut tergolong tinggi. Dengan kondisi tersebut, lanjut Presiden, bukan tidak mungkin dalam 10 tahun ke depan harus dibangun terminal yang lebih besar.
“Pertumbuhan pergerakan penerbangan 10 persen lebih. Pertumbuhan untuk penumpang 7 persen lebih. Artinya, bandara yang baru ini mungkin tidak ada 10 tahun lagi harus dibangun yang lebih gede lagi. Karena ada pertumbuhan yang sangat cepat sekali, 7 persen dan 10 persen itu pertumbuhan yang sangat tinggi sekali,” jelasinya.
Presiden mengaku sempat heran dengan kondisi tersebut dan bertanya-tanya ada apa di Kalimantan Selatan. Menurutnya, y666ang jelas beberapa kota di Kalimantan Selatan memiliki intan. Hal ini tercermin juga dari desain Bandara Internasional Syamsudin Noor.
“Yang jelas, yang saya tahu di sini ada intan sehingga desainnya ini juga desain intan Martapura, desain bandara ini. Martapura, Kabupaten Banjar, dan Kota Banjarbaru. Kalau intan ingat saya hanya tiga tempat itu,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengingatkan pentingnya pembangunan infrastruktur bagi sebuah negara.
Baginya, di era persaingan antarnegara yang sangat ketat, jika Indonesia kalah bersaing dari negara lain, lupakan mimpi untuk jadi negara maju.
“Kalau kita kalah, daya saing kita kalah, ya jangan bermimpi kita jadi negara maju. Bersaing infrastruktur kita kalah? Ya sudah lupakan. Nanti bersaing SDM kita kalah? Ya lupakan,” tegasnya.
Oleh karena itu, sejak Presiden Jokowi menjabat pada 2014 lalu, dirinya terus berupaya mengejar pembangunan infrastruktur. Berbagai infrastruktur mulai dari jalan tol, bandara, pembangkit listrik, pelabuhan, hingga kawasan-kawasan industri terus dikebut pembangunannya oleh pemerintahan Presiden Jokowi.
“Saya masuk di 2014, stok infrastruktur kita itu hanya 37 persen sehingga daya saing kita rendah. Kenapa pagi, siang, malam kita kejar yang namanya infrastruktur? Karena ke sana (tujuannya),” ungkapnya.
Setelah pembangunan infrastruktur selesai, Presiden mengungkapkan, maka giliran pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi, kabupaten, maupun kota, untuk melanjutkannya dengan menyambungkan ke kawasan pertanian, perikanan, sentra industri kecil, kawasan industri besar, hingga kawasan wisata.
“Di sini juga sama, airport ini harus disambungkan dengan kawasan-kawasan yang tadi saya sebut. Kalau di sini ada kawasan wisata, sambungkan ke sana. Ada kawasan industri, sambungkan ke sana. Dan itu adalah tugas provinsi, kabupaten, dan kota setelah ini rampung,” ucapnya.
Dengan tersambungnya infrastruktur ke berbagai kawasan tersebut, Presiden berharap efek kehadiran infrastruktur juga bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Infrastruktur juga diharapkan bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi setempat.
“Ya bangga perlu lah, wah bangga sekarang airport di Kalimantan Selatan lebih gede dari airport yang lain, boleh. Tapi yang paling penting tindak lanjut dari ini sehingga menimbulkan trigger ekonomi, trigger pertumbuhan yang ada di daerah sehingga masyarakat betul-betul merasakan,” tegasnya.